Setelah Biodiesel, Pertamina NRE Garap Serius Bahan Bakar Bioetanol

0
32

Setelah sukses mengembangkan biodiesel, Pertamina melalui Pertamina New & Renewable Energy [Pertamina NRE] akan menggarap serius bioetanol sebagai sumber energi terbarukan.

“Keberhasilan di biodiesel akan kita teruskan di bioetanol. Kalau saat ini kita memiliki action plan rencana kerja, kita membangun bioetanol plant baru di Banyuwangi dengan kapasitas 30.000 kilo liter per tahun dan diharapkan dua tahun ke depa sudah beroperasi berkolaborasi,”ujar Iin Febrian, Direktur Manajemen Risiko Pertamina NRE dalam Repnas National Conference & Awarding Night, Senin (14/10).

Proyek ini, jelas Iin, merupakan kolaborasi Pertamina NRE dengan PT Sinergi Gula Nusantara [SGN], yang merupakan subholding gula dari PTPN III, holdin BUMN Perkebunan.

Iin menambahkan, Pertamina NRE juga melirik potensi bioetanol di Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT]. Ia mengatakan, Pertamina NRE sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Pemprov NTT terkait pengembangan bioetanol yang bersumber dari potensi lokal di NTT baik itu dari jagung maupun dari sorgum.

Pertamina NRE, jelasnya akan sungguh-sungguh mengembangkan energi baru dan terbarukan.

Baca Juga :   WWF 2024: Targetkan Pertumbuhan Bisnis Rendah Emisi, Ini Prioritas Pertamina NRE

Untuk itu, subholding Pertamina ini, ungkapnya, telah mengalokasikan belanja modal (capex) yang besar untuk pengembangan energi baru dan terbarukan.

“Kalau saat ini [capex] berkisar di angka US$700 juta, akan meningkat 9 kali lipatnya di tahun 2029, base on RJPP [Rencana Jangka Panjang Perusahaan] kita. Hampir Rp100 triliun dalam satu tahun untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan,” ujarnya.

Dana capex jumbo ini termasuk untuk pengembangan bioetanol.

Sementara untuk geotermal, Pertamina Geothermal Energy Tbk yang merupakan bagian dari Pertamina NRE, akan melipatgandakan kapasitas pembangkitnya dari 672 MW menjadi 1400 MW.

Pertamina NRE juga terus mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas (gas to power) dan Solar PV.

Leave a reply

Iconomics