Pemerintah Diminta Bersungguh-Sungguh Wujudkan Janji Hilirisasi Nikel

0
386
Reporter: Rommy Yudhistira

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mendesak pemerintah untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan hilirisasi nikel sebagai bentuk perwujudan janji pemerintah. Apalagi selama ini hilirisasi nikel baru sebatas industri smelter.

“Jangan tanggung-tanggung alias setengah hati kalau mau hilirisasi nikel. Dan produksi smelter pun hanya masih nikel matte dan NPI (nickel pig iron), dengan nilai tambah yang rendah,” kata Mulyanto dalam keterangannya dikutip dari situs resmi DPR, Jumat (15/10).

Mulyanto menyampaikan hal itu sebagai bentuk tanggapan atas penjelasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kalau Indonesia tidak hanya jadi tukang gali dan hasilnya dikirimkan ke luar negeri yang kemudian diolah menjadi barang setengah jadi atau bahan jadi. Dan produknya dikirim kembali ke Indonesia.

Karena itu, kata Mulyanto, pemerintah harus terus konsisten dengan kebijakan hilirisasi nikel dan dalam pelaksanaannya jangan sampai merugikan negara. Pemerintah diharapkan mampu mengembangkan diversifikasi produk nikel baik berupa stainless steel, baterai listrik, baja karat dan lainnya.

Menurut Mulyanto, negara saat ini sudah berkorban untuk melaksanakan program hilirisasi nikel melalui pelarangan ekspor bijih nikel. Padahal, harga nikel di tingkat internasional terbilang cukup tinggi.

Baca Juga :   Virus Corona: Menkominfo dan Operator Telekomunikasi Sepakat Jaga Kenyamanan Pelanggan

“Di Semester I/2021, harga nikel internasional mengacu pada Shanghai Metal Market (SMM) sebesar US$ 79,61 dolar per ton. Sedangkan harga nikel domestik mengacu pada harga pokok mineral (HPM) hanya US$  38,19 dolar per ton. Kurang dari setengahnya,” ujar Mulyanto.

Dengan adanya pelarang ekspor bijih nikel itu, kata Mulyanto, penerimaan negara dari royalti nikel menjadi menurun. Kemudian, disusul dengan penerimaan pajak ekspor dari adanya pembebasan pajak PPh badan untuk industri smelter membuat pajak ekspor bijih nikel menjadi nol.

Karena itu, kata Mulyanto, kebijakan hilirisasi dapat dievaluasi kembali sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara. Apalagi Indonesia perlu meningkatkan penerimaan negara di tengah himpitan utang untuk pembiayaan pandemi.

“Terobosan program hilirisasi, evaluasi HPM, dan PPh badan untuk industri smelter perlu dipertimbangkan pemerintah secara serius. National interest kita yang utama. Kita bukan pendukung bagi program industrialisasi Tiongkok,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics