Toyota Motor Manufacturing Targetkan Pertumbuhan di Kuartal III/2020

0
200
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam (kanan) saat penyerahan Kijang Innova Ambulance/TMMIN

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengantisipasi pertumbuhan kembali pada kuartal III/2020. Harapannya tingkat produk akan mencapai hingga 80% dari tingkat produksi maksilam pada kuartal IV/2020.

Direktur Utama TMMIN Warih Andang Tjahjono mengatakan, industri otomotif baru merasakan dampak wabah Covid-19 pada April hingga Mei 2020. Sebelumnya, pertumbuhan industri mobil masih berjalan normal hingga Maret 2020.

Perusahaan, kata Warih, mulai terdampak dan mengalami bottoming-out pada periode Maret-April 2020. Warih akan tetapi tidak menyebutkan secara detail seberapa besar penurunan yang dialami TMMIN pada periode tersebut.

“Kalau bisa di-summarise, April-Mei seperti bottom line industri otomotif. Itu kita berharap bahwa demand yang ada di bulan April-Mei sudah sampai bagian bawah. Berharap Juni-Juli seperti restarting atau resume kembali. Kita sekarang at the beginning stage of recovery, atau transisi ke recovery,” kata Warih dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Kamis (23/7).

Warih mengatakan, pihaknya bersama dengan manajemen membuat kebijakan 3 pilar sebagai persiapan perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya untuk proses pemulihan. Pertama, memprioritaskan keamanan, keselamatan, dan kesehatan seluruh karyawan perusahaan. Kedua, mengikuti arahan dan regulasi pemerintah. Ketiga, menjaga reputasi perusahaan sebagai perusahaan manufaktur global dan juga eksportir.

Baca Juga :   Penjualan Anjlok hingga 90% karena Covid-19, Pemerintah Siapkan Bantuan untuk UMKM

“Kita berkomunikasi dengan manajemen, karyawan dan supply chain, bahwa ketiga pilar ini tidak dipisahkan. Kalau dipisahkan, nanti kita tidak bisa manage secara total di industri ini,” kata Warih.

Menurut Warih, TMMIN sudah kembali berproduksi sejak Juni lalu. Hasilnya ada peningkatan jika dibandingkan pada April dan Mei 2020. Akan tetapi, masih jauh di bawah produksi periode Maret 2020 dan sebelumnya.

“Kalau dibandingkan sebelum Maret, sebelum Maret itu 2 full shift operation, sedangkan Juni kira-kira 1 shift minus. Jadi kita buka operasi 1 shift minus sebagai start-up kita dalam rangka based on demand juga,” kata Warih.

Kata Warih, tingkat produksi yang belum mencapai maksimal terus dikomunikasikan serta memastikan protokol kesehatan dapat diterapkan secara baik dan efektif. Implementasi protokol kesehatan membutuhkan waktu dan harus dilakukan bertahap.

TMMIN melakukan beberapa langkah unik dalam menerapkan protokol kesehatan seperti kebijakan self declaration. Artinya jika salah satu karyawan menunjukkan gejala atau memang sedang sakit agar tidak perlu hadir ke kantor atau pabrik untuk bekerja. Lalu, perusahaan juga menerapkan aplikasi around-us yang memungkinkan manajemen untuk memonitor tingkat distancing antara para karyawan dalam pabrik.

Baca Juga :   Dapat Workshop Gratis dari Pertamina, Ribuan UMKM Mampu Hadapi Covid-19

“Di tengah kesulitan kita saat ini, bagaimana kita bisa mengelola situasi susah ini supaya bisa beriringan memproduksi dengan mengelola protokol kesehatan semaksimal mungkin. Policy kita adalah safety and health is number one. Ini harus jadi culture, agar saat nanti peak, kita ready,” katanya.

 

Leave a reply

Iconomics