APBI: Meski Permintaan Batu Bara Tinggi, Target Tahun Ini Diperkirakan Sulit Dicapai
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebut pelaku industri batu bara akan “berjuang keras” untuk mencapai target produksi sekitar 663 juta ton pada 2022 di tengah pembatasan ekspor sejak Januari lalu. Keputusan melarang ekspor batu bara itu dimaksudkan memasok kebutuhan dalam negeri untuk pembangkit listrik.
Direktur Eksekutif Hendra Sinadi mengatakan, pemerintah telah kembali mengizinkan untuk ekspor asal pasokan dalam negeri bisa tetap terjaga setiap bulannya. Dan hanya perusahaan yang memenuhi kuota pasokan dalam negeri pula yang diizinkan untuk mengekspor batu bara.
Permintaan dan harga batu bara serta minyak, kata Hendra, melonjak sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina. Karenanya, pembeli mencari pasokan sumber energi alternatif dari Indonesia dan Australia.
“Kami mendengar ada beberapa pembeli, bahkan kedutaan negara-negara Eropa yang mencoba memfasilitasi (pembicaraan ekspor) dengan perusahaan di Indonesia,” kata Hendra sebagaimana dikutip Channel News Asia, Senin (7/3).
Kendati demikian, kata Hendra, pelaku industri tambang Indonesa sulit untuk memenuhi permintaan tersebut. Karena itu, target produksi batu bara tahun ini diperkirakan “terlalu optimistis” jika dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 614 juta ton.
Data Kementerian ESDM menunjukkan, produksi batu bara pada Januari hingga Februari 2022 diperkirakan mencapai 74,41 juta ton. Sedangkan produksi tahun lalu pada periode yang sama mencapai 92,79 juta ton.
Dengan fakta itu, Hendra menjadi khawatir target produksi tahun ini sulit dicapai. Ditambah lagi produksi batu bara akan terhalang dengan adanya cuaca buruk seperti fenomen La Nina pada sementer pertama tahun ini.