BPS: Nilai Ekspor Juli 2024 Capai US$ 147,30 Miliar, Turun 1,47% Dibandingkan Tahun 2023
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 147,30 miliar pada periode Januari-Juli 2024. Angka ini disebut turun 1,47% dibanding periode yang sama pada 2023.
Sejalan dengan total ekspor, maka Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Widyasanti, maka nilai untuk non-minyak bumi dan gas (migas) menurun 1,75% atau mencapai US% 137,98 miliar. Namun, secara bulanan, nilai ekspor Indonesia pada Juli 2024 mencapai US$ 22,21 miliar atau naik 6,55% dibanding kinerja ekspor pada Juni 2024.
Kemudian, lanjut Amalia, disandingkan dengan Juli 2023, pencapaian ekspor Juli 2024 naik sebesar 6,46%. Nilai ekspor non-migas turut mengalami kenaikan sebesar 5,98% dengan nilai US$ 20,79 miliar. “Peningkatan ekspor secara bulanan didorong oleh peningkatan ekspor non-migas yaitu pada komoditas bijih logam, terak, dan abu, yang naik sebesar 3.973,44% dengan andil 3,32%,” ujar Amalia dalam keterangan resminya, Kamis (15/8).
Dari sisi sektor, kata Amalia, maka ekspor non-migas hasil industri pengolahan Januari-Juli 2024 naik 1,01% dibanding periode yang sama tahun 2023. Demikian pun ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang naik 10,55%. Sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya mengalami penurunan 12,35%.
Amalia melanjutkan, ekspor non-migas Juli 2024 terbesar ke wilayah Tiongkok dengan nilai US$ 4,82 miliar, disusul Amerika Serikat sebesar US$ 2,15 miliar, dan Jepang di posisi ketiga dengan kontribusi sebesar US$ 1,78 miliar.
“Sementara ekspor ke Asean dan Uni eropa masing-masing sebesar US$ 3,71 miliar dan US$ 1,44 miliar,” tambah Amalia.
Dari sisi impor, kata Amalia, Indonesia telah mengimpor sebesar US$ 21,74 miliar atau naik 17,82% dibanding bulan sebelumnya. Secara tahunan, impor pada Juli 2024 naik 11,07%.
Amalia menjelaskan, impor migas Juli 2024 sebesar US$ 3,56 miliar, naik 8,78% dibandingkan Juni 2024, atau naik 13,59% dari Juli 2023. Kemudian, impor non-migas Juli 2024 naik 19,76% menjadi US$ 18,18 miliar. Jika disandingkan dengan periode Juli 2023, angkanya naik 10,60%.
Dari 10 golongan barang utama non-migas, mesin/peralatan mekanis dan bagiannya, kata Amalia, mengalami peningkatan terbesar senilai US$ 555,4 juta atau naik 21,25% dari Juni 2024.
Masih pada periode yang sama, kata Amalia, 3 negara tercatat menjadi pemasok barang impor non-migas terbesar selama Januari-Juli 2024. Adapun negara tersebut yakni Tiongkok US$ 38,97 miliar naik 35,49%. Selanjutnya, Jepang US$ 7,88 miliar naik 7,18%, dan Thailand US$ 5,73 miliar atau meningkat 5,21%.
“Impor non-migas dari Asean US$ 19,59 miliar (17,84%) dan Uni eropa US$ 7,09 miliar (6,45%),” katanya.