Gapki: Penggunaan BBM Biodiesel Campuran Akan Berdampak terhadap Produksi Kelapa Sawit
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai penggunaan bahan bakar minyak (BBM) biodiesel campuran 60% solar dan 40% bahan bakar nabati dari kelapa sawit (B40) akan berdampak terhadap produksi kelapa sawit di Indonesia. Penerapan B40 dan B50 akan membawa pengaruh terhadap berkurangnya alokasi ekspor crude palm oil (CPO)
Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan, hal itu dapat terjadi apabila produksi, konsumsi, dan kebutuhan industri oleokimia diasumsikan mengalami kondisi stagnan atau tetap. “Dengan meningkatnya penggunaan biofuel maupun kebutuhan pangan dalam negeri, produksi untuk alokasi ekspor berkurang. Memicu naiknya harga minyak nabati internasional dan dalam negeri,” kata Eddy saat dihubungi pada Rabu (30/10).
Kemudian, kata Eddy, penerapan B40 pun berdampak terhadap pada pungutan ekspor (PE) dan bea keluar (BK) untuk CPO. Hal itu turut mempengaruhi kelangsungan program biodiesel yang bergantung pada pendanaan dari pungutan ekspor.
“Penerimaan PE dan BK berkurang. ketersediaan anggaran untuk subsidi biodiesel berkurang,” ujar Eddy.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan penerapan BBM B40 akan dimulai pada 1 Januari 2025. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah juga akan mendorong pemanfaatan B50 dan B60 dengan mempertimbangkan ketersediaan pasokan kelapa sawit nasional yang dinilai cukup melimpah.
“Kemandirian energi kan salah satunya ada bioetanol, bioenergi, dan biodiesel. Biodiesel sekarang kita sudah B35 dan B40 sudah selesai uji coba. Kalau ditanya kapasitas CPO kita cukup atau tidak, pasti cukup. Tinggal kita lihat adalah teknologinya, teknologinya ini harus by process untuk kita uji coba,” kata Bahlil pada Senin (21/10).
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi menjelaskan bahwa pemanfaatan biodiesel dalam beberapa tahun terakhir menunjukan tren kenaikan.
“Tren kenaikan tersebut menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah dalam mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan meningkatkan ketahanan energi dengan memanfaatkan biodiesel, yang rasio campurannya juga terus akan ditingkatkan, yang sekarang sudah B35, akan ditingkatkan menjadi B40, kemudian B50 hingga B60,” ujar Cahyono.