Gencatan Senjata di Gaza Dinilai Cukup Memulihkan Kondisi Ekonomi Global

0
34
Reporter: Rommy Yudhistira

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai gencatan senjata yang terjadi di Gaza bisa sedikit meredakan situasi ketegangan geopolitik, tapi belum cukup memulihkan kondisi ekonomi global. Terlebih, situasi ekonomi global masih dalam posisi belum membaik.

Ekonom Center of Macroeconomics and Finance Indef Abdul Manap Pulungan mengatakan, ketegangan yang terjadi pada Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan Uni Eropa, Taiwan-Tiongkok, dan Korea Selatan-Korea Utara, masih menjadi tantangan besar bagi perekonomian dunia. Karena itu, gencatan senjata di Timur Tengah sedikit mendinginkan gejolak ekonomi global.

“Namun pasca-pandemi terdapat persoalan kronis di sektor ketenagakerjaan dan investasi, apalagi pengangguran dunia sangat tinggi, dan investasi kini dihadapkan pada tingginya suku bunga kredit. Terlebih IMF memprediksi lalu lintas perdagangan dunia mungkin akan melambat menjadi 3,2% pada 2025,” kata Abdul dalam keterangan resminya pada Jumat (24/1).

Dalam situasi itu, kata Abdul, sektor ekonomi yang mendapat keuntungan secara global yakni pertanian dan komoditas. Kedua, sektor ekonomi hijau sehingga Indonesia bisa memanfaatkan potensi-potensi sektor tersebut dan demikian proses hilirisasi yang sedang berjalan akan mendapatkan nilai tambah yang optimal.

Baca Juga :   Pemerintah Diminta Siapkan Langkah Antisipasi Pelemahan Rupiah, Begini Wakil Ketua Komisi XI

Sementara itu, Co-Founder Tumbuh Makna Benny Sufami mengatakan, peluang aset di sektor saham dan obligasi jangka menengah dan panjang, bisa membawa angin segar bagi para investor. Investor dinilai dapat memanfaatkan momen fluktuasi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sempat berada di bawah level 7.000 untuk melakukan penetrasi ke kelas aset itu.

“Saat ini terindikasi mengalami perbaikan di awal tahun, meski baru tahap awal, tapi bisa dibilang saat ini menjadi awal yang baik pada tahun 2025. Apalagi didukung dengan konflik geopolitik yang mereda,” kata Benny.

Kemudian, kata Benny, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25%, dinilai mampu memberikan dorongan untuk perekonomian nasional. Sebab, penurunan suku bunga mencerminkan inflasi masih berada dalam posisi rendah dan situasi itu akan meningkatkan kinerja sektor otomotif serta properti yang sempat melemah pada 2024.

“Kebijakan ini membantu industri pembiayaan untuk kembali mendorong penjualan properti dan kendaraan bermotor. Sektor perbankan juga diuntungkan karena biaya pendanaan mereka menjadi lebih murah,” ujar Benny.

Baca Juga :   Pasokan Berkurang, Harga Minyak Global Melonjak

Karena itu, kata Benny, BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga pada Semester II/2025. Jika terwujud, penurunan suku bunga akan mendorong peningkatan daya beli dan konsumsi masyarakat.

“Dengan adanya potensi pemulihan, sektor-sektor ini juga menawarkan kesempatan untuk memperkuat portofolio yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang,” kata Benny.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics