PT Freeport Indonesia Resmi Operasikan Smelter di KEK Gresik

0
51

PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan peresmian operasi smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Pasokan produk hilirisasi tembaga yang dibutuhkan Indonesia saat ini masih mengandalkan produk impor seperti copper tube, copper tape, evaporator tembaga, serta komponen-komponen yang dibutuhkan dalam produksi Electric Vehicle (EV) seperti kabel, inverter, hingga baterai. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Pemerintah terus mendorong industri pengolahan di KEK untuk melakukan hilirisasi.

”Kita beri applause kepada manajemen yang extraordinary. Dan yang dibangun pun pabrik yang extraordinary, luar biasa. Jadi ini sangat tepat waktu, karena saat sekarang renewable energy menjadi tren. Dan tren renewable energy butuh critical mineral. Dan salah satunya adalah copper,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Peresmian Operasi Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di KEK Gresik pada 27 Juni 2024.

Smelter PTFI merupakan fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia dengan kapasitas pemurnian mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Proyek yang menempati lahan 100 hektar di KEK Java Integrated Industrial Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur tersebut memiliki nilai investasi kumulatif mencapai Rp58 triliun atau sekitar US$3,7 miliar.

Baca Juga :   Pasca Kecelakaan Kerja di ITSS-IMIP, Apa Saja Harapan dan Tuntutan Para Buruh?

Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 600.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahun. Dengan beroperasinya smelter ini, seluruh kosentrat tembaga yang diproduksi oleh PTFI dapat semuanya diproses dan dimurnikan di dalam negeri, demikian juga lumpur anoda dari PT Smelting.

“Dan ini yang pertama integrasi tambang sampai dengan produk akhir. Dan dengan integrasi ini, maka produksi emas nanti yang 50 ton bayar royalti. Karena ini terintegrasi dari tambang sampai ke hilir. Demikian pula untuk perak juga bayar royalti. Jadi tentu banyak pendapatan yang didapatkan Pemerintah,” ungkap Menko Airlangga.

Kehadiran PTFI di KEK Gresik diharapkan dapat menjadi salah satu penarik dalam membentuk kawasan dengan ekosistem yang mendukung hilirisasi, khususnya EV. Hingga Maret 2024, KEK Gresik telah mencatatkan nilai investasi sebesar Rp75,2 triliun dan menyerap lebih dari 35.000 orang tenaga kerja.

“Tentu ke depan Indonesia akan mampu untuk meningkatkan ekspornya. Kalau ekspor kita kuat, maka rupiah kita bisa stabil. Sebagai contoh, dari nikel itu dan dari kelapa sawit ekspor kita US$55 miliar. Nah impor minyaknya USD40 miliar. Jadi sebetulnya natural hedging itu terjadi,” pungkas Menko Airlangga.

Leave a reply

Iconomics