Revolusi Industri 4.0 Bikin Sektor Logistik Bertransformasi
Fenomena revolusi industri 4.0 disebut mempengaruhi dan memicu sektor logistik bertransformasi. Dan diharapkan industri 4.0 mampu menekan serta menurunkan biaya logistik Indonesia yang masih mencapai 24% dari PDB.
Sekjen Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, transformasi di sektor logistik itu meliputi munculnya teknologi seperti physical internet, standard IT, data analytics, cloud, blockchain, robotik dan automasi, yang semuanya berdampak pada digitalisasi logistik dan rantai pasok.
“Logistik 4.0 akan mendorong perubahan metode dan cara pertukaran data antar-ekosistem logistik dari pertukaran data bilateral yang kurang efisien menjadi platform digital yang meningkatkan keamanan dan kemudahan akses pada informasi end-to-end rantai pasok,” kata Achmad dalam seminar bertajuk Membangun Rantai Pasok Nasional Terintegrasi Berbasis Platform Logistik 4.0 di Jakarta, Rabu (16/10).
Dikatakan Achmad, logistik 4.0 juga diyakini akan meningkatkan kepastian atas keaslian dan imutabilitas dokumen digital, meningkatkan kolaborasi ekosistem dan kepercayaan alur kerja lintas organisasi. Selanjutnya, logistik 4.0 juga akan mendorong penurunan biaya administrasi yang jauh lebih murah dan mengeliminasi biaya untuk memindahkan dokumen fisik lintas batas internasional.
“Tranformasi tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya logistik Indonesia sebesar 13,5% dari PDB sektor industri dan khususnya meningkatkan indeks kinerja logistik Indonesia yang saat ini masih berada di bawah negara Asia lainnya,” katanya.
Kemenperin mengharapkan agar para pemangku kepentingan dalam ekosistem logistik dapat berkolaborasi untuk mengembangkan platform logistik 4.0 Indonesia berbasis blockchain, cloud, big data, dan IoT untuk meningkatan kelancaran aliran material (barang dan jasa), aliran finansial, dan aliran informasi/digital secara efektif dan efisien.
Dengan demikian, Indonesia dapat mencapai visi “Making Indonesia 4.0” menjadi top 10 ekonomi dunia pada 2030. “Untuk itu, diperlukan komitmen bersama para pemangku kepentingan logistik Indonesia dan penyusunan rencana aksi nyata dalam bentuk ‘pilot project’ yang seyogyanya mulai dilaksanakan pada tahun 2020,” kata Achmad.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan Sugihadjo mengatakan, biaya logistik di Indonesia memang masih cukup tinggi, yakni sekitar 23,5% dari PDB pada 2014 hingga 2017.
“Jika dibandingkan 2013, ada penurunan 2,2% dari sebelumnya 25,7%. Harapannya dengan penurunan biaya logistik ini, maka daya saing kita akan meningkat,” katanya.