Tidak Lagi Sekadar Sawit, Perselisihan Dagang Indonesia vs UE Meluas

0
152

Perselisihan dagang antara Indonesia dan Uni Eroap kini meningkat tidak sekadar persoalan larangan minyak sawit. Benar, mulanya memang karena larangan Uni Eropa terhadap minyak sawit Indonesia. Tapi, kini perselisihan itu meluas ke hal-hal lain.

Uni Eropa lewat kebijakannya menyimpulkan minyak kelapa sawit Indonesia tidak ramah lingkungan atau menyebabkan deforestasi. Karena itu, minyak sawit Indonesia disimpulkkan bukan bagian dari energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Atas perlakuan Uni Eropa itu, sebagaimana yang dilaporkan Reuters pada Minggu (22/12), pemerintah Indonesia tentu saja tidak diam. Di samping menggugat secara resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), pemerintah juga menerbitkan larangan ekspor nikel mentah yang sangat dibutuhkan Eropa.

Sebelum ini pun, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita semasa Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo pernah menerbitkan larangan impor minuman alkohol dari Eropa. Tentu saja kebijakan itu menjadi keprihatinan Uni Eropa. Itu sebabnya, pejabat Perdagangan Uni Eropa Cecilia Malmstrom mengirimkan surat keprihatinan kepada Enggar karena kebijakan tersebut.

Selanjutnya, sejak Agustus 2019, pemerintah Indonesia juga mengambil langkah-langkah membatasi produk susu milik Uni Eropa. Pemerintah membatasi importasi dan mengancam akan mengenakan tarif barang atas produk susu Uni Eropa. Untuk menyelesaikan persoalan ini, Malmstrom berpendapat, satu-satunya cara adalah dengan membawanya ke WTO.

Baca Juga :   Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun Signifikan di April, CPO Paling Besar Turunnya

Pada awal Desember 2019, pemerintah Indonesia secara resmi menggugat Uni Eropa karena larangan minyak sawit itu. Sebaliknya, Uni Eropa menggugat Indonesia pada akhir November lalu karena melarang ekspor biji nikel dan mengancam akan mengenakan tarif biodiesel Indonesia pada Desember ini.

Komisi Eropa memperkirakan pasar biodiesel Uni Eropa bernilai sekitar € 9 miliar atau setara US$ 10 miliar per tahun dengan impor dari Indonesia sekitar € 400 juta. Pada 2018, Uni Eropa mengkonsumsi sekitar 7 ton minyak kelapa sawit yang 65% dipergunakan untuk energi.

Sumber Reuters di Kementerian Perdagangan membenarkan langkah-langkah pemerintah itu. Tapi, membantah langkah itu sebagai bentuk balasan terhadap Uni Eropa. Importasi susu dan alkohol disebut bermasalah untuk mendapatkan izin dari Uni Eropa.

Soal ini Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Wakil Menteri Jerry Sambuaga menolak berkomentar.

Leave a reply

Iconomics