Waskita Cetak Kerugian Periode Berjalan Rp 2,6 T di Semester I/2024
PT Waskita Karya (Persero) Tbk membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 2,1 triliun pada Semester I/2024. Sedangkan rugi yang diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali senilai Rp 444 miliar, sehingga secara keseluruhan rugi periode berjalan Waskita mencapai Rp 2,6 triliun.
Berdasarkan pernyataan manajemen Waskita dalam keterbukaan informasi BEI, perseroan telah merugi sebesar Rp 4 triliun, hingga mengalami defisit sebesar Rp 11,9 triliun pada akhir tahun 2023.
“Kondisi ini timbul akibat dari beberapa proyek bermasalah yang memerlukan pendanaan dari utang, sehingga grup perlu melakukan restrukturisasi perjanjian utang, dan memasuki masa standstill dan pengaturan cash waterfall,” tulis Laporan Keuangan Konsolidasian Interim Waskita, Rabu (31/7).
Dalam laporan yang sama, manajemen Waskita mengungkap faktor-faktor tersebut menunjukkan adanya ketidakpastian material, sehingga menimbulkan keraguan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usaha. “Oleh karena itu, mungkin tidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi kewajibannya dalam kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan tidak termasuk penyesuaian yang mungkin timbul dari hasil ketidakpastian ini,” tulis laporan itu lagi.
Masih merujuk laporan tersebut, Waskita turut mencatatkan total utang sebesar Rp 82 triliun pada Semester I/2024. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari utang jangka pendek sebesar Rp 18,7 triliun, dan utang jangka panjang sebesar Rp 63,3 triliun.
Dari sisi pendapatan, Waskita Karya memperoleh pendapatan sebesar Rp 4,4 triliun atau turun 15,1% dari sebelumnya sebesar Rp 5,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk mengatasi potensi dampak buruk pada kinerja dan keberlangsungan usaha, Waskita akan memantau secara aktif kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, serta menjalankan berbagai macam strategi.
“Kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan menghadapi tantangan eksternal bergantung pada kemampuan grup untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk memenuhi liabilitasnya secara tepat waktu, serta kemampuan grup untuk menjalankan operasi yang menguntungkan di masa depan dan meningkatkan posisi keuangannya,” tulis laporan tersebut.