BI Rate Bertahan di 6%, Apakah Semester II Jadi Turun?

0
28

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indoensia (BI) pada Rabu, 20 Maret 2024, mempertahankan BI Rate di 6%. BI Rate berada pada level 6% sejak Oktober 2023, yang merupakan level tertinggi sejak Juli 2019.

Seperti dalam RDG bulan lalu, Bank Indonesia juga mempertahankan skenario penurunan BI Rate dilakukan pada semester II tahun ini. Tetapi, BI juga mengisyaratkan ketidakpastian karena penurunan bisa saja lebih cepat, juga bisa lebih lambat.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi. Kondisi yang dia sebut ‘up and down’ di perekonomian global inilah yang menjadi salah satu pertimbangan BI Rate tetap dipertahakan di level 6%.

“Kami juga baru akan melihat ruang terbuka penurunan suku bunga BI rate di semester II. Itu baseline scenario,” ujar Perry.

“Tetapi, tentu saja [penurunan BI Rate] bisa maju bisa mundur,” tambahnya.

Pertimbangan utama BI dalam mengambil kebijakan suku bunga ini, jelas Perry adalah inflasi. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Februari 2024 tercatat sebesar 2,75% (yoy), ditopang oleh inflasi inti yang rendah sebesar 1,68% (yoy) dan inflasi administered prices (AP) yang menurun menjadi 1,67% (yoy).

Baca Juga :   BI: Pertumbuhan Kredit Berjalan Lambat, DPK Kencang

Sementara itu, inflasi volatile food meningkat menjadi 8,47% (yoy) dari 7,22% pada bulan sebelumnya, dipengaruhi oleh dampak El-Nino, faktor musiman, dan pergeseran musim tanam, yang terutama terjadi pada komoditas beras dan cabai merah.

“Kami masih meyakini bahwa kenaikan inflasi volatile food yang sekarang ini adalah temporer karena faktor seasional. [Inflasi volatile food yang tinggi] itu akan turun. Sehingga kami meyakini bahwa inflasi IHK akhir tahun masih tetap sekitar 3%. Inflasi inti juga masih tetap rendah,” ujarnya.

Untuk menjaga inflasi tetap stabil dan menurunkan inflasi volatile food, Perry mengatakan, Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Bank Indonesia juga memastikan inflasi barang-barang impor (imported inflation) terjaga melalui stabilisasi rupiah.

Bagaimana dengan suku bunga Fed Fund Rate?

Bank Indonesia juga belum mengubah perkiraannya terkait suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, Fed Fund Rate (FRR).

Perry mengatakan, Bank Indonesia masih mempertahankan perkiraan kemungkinan FRR turun pada semester II 2024, meski pelaku pasar memproyeksikan FRR turun lebih cepat yaitu pada Juni 2024.

Baca Juga :   RDG Mei, Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di 6,5%

“Karena bacaan-bacaan kami lebih mendasarkan pada asesmen-asesmen secara fundamental,” ujarnya.

Inflasi di Amerika Serikat, jelas Perry, masih di atas sasaran. Februari 2024, tingkat inflasi tahunan (year on year) di Amerika Serikat sebesar 3,2%, lebih tinggi dari Januari yang sebesar 3,1%.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, kata Perrry, juga diperkirakan masih solid.

“Tentu saja pasar bisa mempunyai informasi lain dan kemudiaan kami juga melihat ada sejumlah pelaku pasar yang memperkirakan mungkin Juni [FRR turun],” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics