BRI Siapkan 4 Skenario Kondisi Ekonomi dan Perbankan Tahun 2023, Apa Saja?

0
334

Meski ekonomi Indonesia diperkirakan tetap tumbuh dengan baik pada tahun ini, tetapi sejumlah tantangan terutama dari sisi global patut diwaspadai. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso meyebut sejumlah tantangan pada tahun ini adalah perlambatan ekonomi global, bahkan resesi di sejumlah negara termasuk Amerika Serikat, ketegangan geopolitik seperti antara Rusia dan Ukraina dan disrupsi rantai pasok.

Selain itu, tantangan lain adalah tekanan inflasi tinggi yang disertai dengan respons kenaikan suku bunga oleh bank sentral. Masalah di sektor kesehatan, seperti peningkatan kasus Covid-19 di Tiongkok juga tetap menjadi ancaman yang tak bisa dipandang remeh.

Kabar baiknya, fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat, sehingga meski akan sedikit melambat dibandingkan tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih berada di zona positif.

Sunarso mengatakan BRI telah menyiapkan empat skenario yang mungkin terjadi pada tahun ini, baik terkait kondisi ekonomi secara umum, maupun kondisi sektor perbankan. Berbagai skenario ini juga telah disiapkan strategic response untuk mengatasinya.

Baca Juga :   2 Isu Besar Ini Dinilai Membuat BUMN Tidak Berjalan Sebagaimana Mestinya

Skenario pertama adalah kondisi ekonomi pulih, tetapi inflasi tinggi dan kualitas pinjaman atau kredit memburuk. Mengatasi skenario ini, strategic response yang disiapkan oleh BRI, diantaranya adalah mempercepat proses write off untuk memperoleh recocery rate yang lebih tinggi dan mempertahankan coverage ratio yang tinggi. Karena itu, bisa dipahami kalau bank saat ini masih menumpuk cadangan untuk mengantisipasi terjadinya penurunan kualitas aset.

“Kita cadangkan memadai, supaya bantalannya nanti enggak hard landing untuk mengatisipasi terjadinya pemburukan,” ujarnya dalam webinar webinar Tren Perbankan di Tahun 2023, Selasa (17/1).

Selain itu, dalam menghadapi skenario pertama ini, BRI tetap memacu pertumbuhan tetapi selektif dan mengatur loan portfolio guideline menjadi moderat serta melakukan monitoring kualitas pinjaman secara intensif.

Skenario kedua adalah ekonomi mulai pulih, inflasinya terkendali, diikuti juga dengan perbaikan kualitas kredit. Menghadapi skenario ini, strategic response yang disiapkan BRI adalah tetap mempercepat proses write off untuk meningkatkan recovery rate, dan dibarengi dengan menurunkan coverage ratio. “Karena situasinya baik semua, maka cadangannya bisa kita turunkan,”ujarnya.

Baca Juga :   Memacu Pertumbuhan Kredit dengan Mendorong Konsumsi Rumah Tangga dan Daya Beli Masyarakat

Hal lain yang dilakukan adalah meningkatkan Risk-based pricing model untuk meningkatan daya saing produk. Selain itu, loan portofolio guideline dibuat lebih longgar sebagai pedomaan untuk strategi pertumbuhan yang lebih agresif.

Skenario ketiga adalah skenario terburuk (the worst scenario) yaitu ekonomi tetap stagnan, inflasi tinggi dan kualitas pinjaman memburuk. Dalam kondisi terburuk ini, BRI akan tetap menguashakan pertumbuhan tetapi dilakukan secara terbatas. Kemudian, pengaturan loan portfolio guideline yang sangat ketat dan mempertahankan coverage ratio di level yang lebih tinggi. “Kemudian kita melakukan monitoring kualitas kredit secara intensif, melakukan simulasi dan stress test secara periodically dan berkesinabungan,” ujarnya.

Skenario keempat adalah ekonominya tetap stagnan, tetapi inflasinya terkendali, kualitas pinjaman membaik. Menghadapi skenario ini, BRI akan tumbuh selektif, dengan mengatur loan portfolio guideline di level moderat, mempertahankan coverage ratio yang tetap tinggi untuk berjaga-jaga kalau terjadi pemburukan, melakukan monitoring kualitas kredit secara intensif, simulasi dan stress test secara periodik dan berkesinambungan.

Leave a reply

Iconomics