Laju Pertumbuhan Kredit Melambat, OJK Belum Revisi Target

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae /Dok. OJK
Meski laju pertumbuhan kredit dalam beberapa bulan terakhir terus melambat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan belum melakukan revisi target pada tahun ini.
“Rangenya masih tetap di antara 9-11% pertumbuhan kredit sesuai dengan proyeksi OJK di awal tahun,” ujar Kepala Eksekutif Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam konferensi pers, Senin (2/6).
Merujuk data Bank Indonesia, pada April 2025 pertumbuhan kredit sebesar 8,8%, lebih rendah dari pertumbuhan kredit pada Maret yang sebesar 9,6% dan Februari 2025 yang sebesar 10,3%.
Dian mengatakan berdasarkan pembahasan rencana bisnis antara Pengawas dengan Perbankan dalam Prudential Meeting, secara umum tidak terdapat penyesuaian yang signifikan pada target pertumbuhan kredit di tahun 2025 ini.
“Perbankan memiliki kesempatan untuk merevisi target rencana bisnis pada akhir September 2025 dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian dan industri perbankan khususnya jika terdapat faktor-faktor yang mengakibatkan perlunya dilakukan penyesuaian,” ujarnya.
Ia mengatakan, tingginya ketidakpastian global yang antara lain disebabkan lambatnya laju penurunan suku bunga acuan khususnya Fed Fund Rate, dan eskalasi trade war melalui kebijakan pengenaan tarif impor ke Amerika Serikat, serta dinamika konflik geopolitik yang masih terjadi di beberapa kawasan, memang memengaruhi ekonomi global dan domestik.
Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran investor dan pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi di masa mendatang, serta menyebabkan tertahannya ekspansi usaha maupun konsumsi.
Secara empiris, data triwulan I berbagai negara termasuk Indonesia juga menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu yang terdampak, kata Dian, adalah kecenderungan para investor mengalihkan investasi ke aset yang dianggap lebih aman atau investasi di sektor yang dinilai stabil meskipun dengan imbal hasil yang tidak terlalu tinggi.
“Di tengah dinamika global tersebut, sebenarnya kinerja penyaluran kredit nasional itu tetap tumbuh pada April 2025 sebesar 8,88%. Meskipun melambat kalau dibandingkan periode yang sama 2024, yang antara lain disebabkan faktor siklikal pada awal tahun,” ujarnya.
Di tengah melemahnya laju pertumbuhan kredit, ia mengatakan, risiko kredit perbankan tetap terjaga dengan baik tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) di bawah 3%, serta pencadangan (CKPN) yang cukup stabil.
Di sisi lain, kondisi likuiditas perbankan juga masih cukup terjaga, mengindikasikan pada dasarnya perbankan masih memiliki ruang untuk melanjutkan penyaluran kredit.
“Optimisme proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik, antara lain percepatan belanja pemerintah. Adanya stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan dapat meningkatkan minat investasi ke domestik dan meningkatkan permintaan kredit,” ujarnya.
Leave a reply
