Pemerintahan Prabowo-Gibran Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 8%, Kemendag akan Dongkrak Ekspor Menuju US$405,69 Miliar

Kantor Kementerian Perdagangan RI/Dok. Iconomics
Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka antara 7-8%. Kementerian Perdagangan akan mengungkit target ekspornya pada tahun-tahun mendatang.
Kementerian Perdagangan melalui Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) menargetkan nilai ekspor sebesar US$294,45 miliar dengan pertumbuhan 7,1% pada 2025. Nilai ekspor ini harus terus meningkat hingga 2029 dan mencapai US$405,69 miliar dengan pertumbuhan 9,64%.
Target nilai ekspor tersebut akan mendukung target pertumbuhan ekonomi Presiden Prabowo Subianto sebesar 8%. Pasalnya, pertumbuhan ekspor merupakan salah satu pengungkit pertumbuhan ekonomi yang memberikan kontribusi cukup besar.
“Presiden Prabowo Subianto telah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% pada 2029 mendatang. Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, ekspor Indonesia harus tumbuh 7—10%. BKPerdag menargetkan pada 2025, nilai ekspor ditargetkan mencapai US$294,45 miliar dengan pertumbuhan 7,1%,” kata Kepala BKPerdag Fajarini Puntodewi dalam keterangannya.
Puntodewi menekankan dibutuhkan kebijakan kunci, pendorong kunci, dan sektor kunci yang mampu menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mencapai target tersebut. Salah satu kuncinya adalah ekspor yang tumbuh tinggi.
Kementerian Perdagangan memiliki tiga fokus program saat ini untuk mencapai target tersebut. Pertama, pengamanan pasar dalam negeri sehingga produk lokal dapat berdaya saing menjadi tuan rumah di pasar dalam negeri. Kedua, perluasan pasar ekspor dengan meningkatkan pangsa pasar produk ekspor Indonesia di pasar global. Ketiga, peningkatan UMKM ‘Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor’ untuk mendorong kontribusi ekspor UMKM terhadap ekspor nasional.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, M. Faisal menyatakan surplus perdagangan Indonesia diperkirakan berlanjut di tahun 2025 meski menipis. Selain itu, harga komoditas berpotensi kembali melemah akibat peningkatan penawaran dan tekanan permintaan.
Menurutnya, tahun 2025 akan lebih menantang bagi Indonesia karena penetrasi ekspor ke mitra dagang utama terkendala melemahnya permintaan dan peningkatan hambatan perdagangan.Lebih lanjut, peningkatan tarif impor Amerika Serikat untuk produk-produk Tiongkok sebagai dampak terpilihnya kembali Trump sebagai Presiden Amerika Serikat berpotensi semakin mendorong trade diversion oleh Tiongkok ke pasar-pasar potensial yang lebih mudah diakses, seperti Indonesia. Kondisi ini akan semakin menekan penetrasi pasar domestik industri nasional, termasuk industri tekstil dan produk tekstil.
Ketua Komite Perdagangan Luar Negeri Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Budihardjo Iduansjah menyampaikan peluang dan tantangan perdagangan luar negeri 2025. Peluangnya antara lain meliputi pergeseran rantai nilai global sehingga memunculkan rantai nilai regional dan optimalisasi perjanjian dagang preferensi. Adapun tantangannya meliputi gejala deindustrialisasi, ekonomi yang berbiaya tinggi, dan kebijakan mitra dagang utama (AS dan Tiongkok).
Leave a reply
