Trimegah Bangun Persada Tbk Terus Tingkatkan Kapasitas Produksi Feronikel dan Bahan Baku Baterai Mobil Listrik
PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), melalui sejumlah anak usahanya, akan terus meningkatkan kapasitas produksinya baik feronikel maupun bahan baku baterai mobil listrik. Selain itu, untuk feronikel perusahaan yang beroperasi di Pulai Obi, Halmahera Selatan ini juga akan terus melakukan hilirisasi lebih dalam hingga memproduksi stainless steel.
Roy Arman Arfandy, Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada Tbk mengatakan beberapa tahun terakhir ini perseroan gencar melakukan ekspansi. Tahun 2023 ini kapasitas produksi feronikel perseroan mencapai 90 ribu ton, naik tiga kali lipat dibandingkan tahun 2022.
“Selanjutnya tahun 2024 kami perkirakan naik lagi sekitar 30% menjadi 120 ribu dan akhir 2025 kemungkinan kami mencapai target produksi maksimal 305 ribu ton per tahun,” ujar Roy dalam webinar bertajuk ‘Peluang Investasi Hilirisasi Sektor Mineral’, Senin (14/8).
Untuk bahan baku baterai mobil listrik, anak usaha Harita Group ini sejak tahun 2021 memproduksi Mix Hydroxide Precipitate (MHP) dan telah mencapai kapasitas produksi sebesar 55 ribu metal ton per tahun pada tahun 2023 ini.
“Kami berharap mulai tahun depan kapasitas akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 120 ribu ton per tahun. Produksi turunannya pun sudah jelas bentuknya nikel sulfat dan koblat sulfat selain Mix Hydroxide Precipitate (MHP) yang telah kami produksi sejak 2021,” ujar Roy.
Trimegah Bangun Persada Tbk memiliki dua tambang nikel yang sudah beroperasi di Pulau Obi. Perseroan juga masih memiliki dua tambang nikel yang belum beroperasi dan menjadi sumber cadangan nikel perseroan ke depan.
Untuk hilirisasi nikel dengan kadar tinggi (saprolit), perseroan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) untuk menghasilkan feronikel yang kelak akan diproses lagi lebih lanjut menjadi stainless steel.
“Kami memang ada rencana untuk hilirisasi lebih lanjut tidak hanya berhenti di feronikel, tetapi kami akan membangun juga pabrik stanless steel. Insyaallah dalam waktu tidak lama lagi,”ujar Roy.
Untuk feronikel ini, perseroan telah mengoperasikan dua pabrik melalui dua anak usahanya yaitu PT Megah Surya Pertiwi (MSP) dan PT Halamahera Jaya Feronikel (HJF). Total ada 12 line yang beroperasi dengan kapasitas desain mencapai 120 ribu.
Perseroan juga memiliki anak usaha PT Karunia Permai Sentosa (KPS) yang berencana akan memproses lebih lanjut feronikel menjadi staineless steel.
Sementara untuk nikel kadar rendah atau limonite, hilirisasi dilakukan dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP).
“Kemudian kami lanjutkan proses menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat. Nikel sulfat-kobalt sulfat ini merupakan bahan baku utama untuk pembuatan battery precursor dimana dengan precursor ini bisa menjadi katoda dan selanjutnya menjadi baterai mobil listrik yang kita tahu saat ini,” jelas Roy.
Perseroan telah mengoperasikan satu High Pressure Acid Leaching (HPAL) dengan kapasitas penuh yaitu melalui PT Halmahera Persada Lygend (HPL). Sementara itu, HPAL lainnya melalui PT Obi Nickel Cobalt (ONC) sedang dalam tahap konstruksi. “Kami berharap kami akan mulai melakukan komisioning secara bertahap pada pertengahan 2024 untuk HPAL kedua kami dimana kapasitas output-nya kami targetkan akan menapai 65 ribu metal ton per tahun,” jelas Roy.