Menteri Maruarar Usulkan BTN Ganti Nama BPR, Simak Untung-Rugi Renaming

0
96

Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP) Maruarar Sirait mengusulkan Bank Tabungan Negara (BTN) mengubah namanya menjadi Bank Perumahan Rakyat (BPR). Singkatan BPR sudah melekat pada Bank Perkreditan Rakyat, dimana BPR memiliki kegiatan usaha yang lebih sempit bila dibandingkan dengan bank umum.

Namun, usulan ini menarik untuk diulas. Penamaan dan perubahan penamaan harus dipertimbangkan matang-matang. Managing Partner Inventure, Yuswohady mengatakan renaming adalah keputusan amat strategis sehingga harus dipikir masak-masak untung ruginya.

Tulis Yuswohady dalam Instagram-nya, untung rugi jika BTN berganti nama menjadi BPR. Keuntungannya meliputi lebih tajam, dan kembali ke khitah. Namun risiko ruginya bisa terjadi customer disconnection, menyempitkan lingkup bisnis, dan BPR identik dengan bank kecil.

Yuswohady menjelaskan keuntungan perubahan nama dapat menjadikannya lebih tajam. Ia mengatakan nama “Bank Perumahan Rakyat” lebih spesifik dan langsung mencerminkan focus utama BTN sebagai bank yang melayani pembiayaan perumahan. Dengan demikian memperkuat brand association sebagai bank yang melayani sektor perumahan sehingga lebih tajam ditangkap konsumen.

Baca Juga :   Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Kebangkitan Perempuan Indonesia

Keuntungan berikutnya, kembali ke khitah. Yuswohady menjelaskan perubahan nama ini akan membawa BTN “kembali ke khitah” dan memperkuat positioning sebagai “bank perumahan” dan tegas membedakan diri dari bank lain.

Adapun risiko perubahan tersebut yang dapat merugikan adalah customer disconnection. Menurutnya, BTN telah memiliki heritage dan reputasi kuat sebagai salah satu bank dengan sejarah panjang sejak 1897. Risiko ada bisa membuat sebagian konsumen kehilangan emotional connection dan kepercayaan yang sudah terbangun lama.

Risiko yang bisa merugikan lainnya adalah menyempitkan lingkup bisnis. Menurutnya, selama ini BTN telah memosisikan diri sebagai “end to end financial solution” yang melayani lebih dari sekadar KPR.

Risiko negatif lainnya BPR yang identik dengan bank kecil. Persepsi yang melekat di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang kecil dapat memberikan dampak negatif pada persepsi BTN sebagai bank umum yang tentunya lebih besar. Menurut Yuswohady, singkatan “BPR” sudah identik dengan Bank Perkreditan Rakyat, yang skala operasinya lebih kecil. Hal ini berisiko menciptakan persepsi negatif tentang skala operasi BTN karena BTN akan dianggap seperti BPR yang berskala kecil.

Baca Juga :   MIND ID Integrasikan Data Pajak dengan DJP

Sejauh ini, BTN memiliki produk konvensional dan syariah, serta jasa konvensional dan syariah. Produk konvensional terdiri dari produk konsumer dan produk komersial. Produk konsumer terbagi menjadi produk kredit konsumer, produk simpanan konsumer dan produk wealth management. Produk kredit konsumer meliputi kredit perumahan dan kredit non perumahan. Produk simpanan konsumer meliputi tabungan konsumer, deposito BTN ritel dan giro perorangan. Adapun produk wealth management meliputi bancassurance, reksa dana, surat berharga negara ritel pasar perdana, surat berharga negara pasar sekunder serta foreign exchange. Produk komersial terbagi menjadi produk kredit komersial, produk simpanan komersial serta produk korporasi. Produk kredit komersial meliputi kredit modal kerja, kredit modal kerja kontraktor, kredit modal kerja konstruksi, kredit kemilikan lahan, kredit linkage, kredit beragunan simpanan dan kredit investasi. Produk simpanan komersial meliputi deposito berjangka lembaga dan giro lembaga. Sedangkan produk korporasi meliputi kredit modal kerja, kredit investasi, refinancing, pinjaman dalam negeri (PDN), term loan facility, corporate line facility, treasury line facility, supply chain financing (SCF), trust receipt, letter of credit (L/C) atau surat kredit berdokumen dalam negeri (SKBDN), garansi Bank BTN, dan documentary collection.

Leave a reply

Iconomics