
PGE Bidik Target Pertumbuhan Kinerja Perusahaan pada 2025

Tangkapan layar Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE Edwil Suzandi/Iconomics
Iconomics - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE memiliki 2 untuk membidik target pertumbuhan kinerja perusahaan pada 2025. Pertama, PGE akan fokus menyelesaikan target kapasitas energi panas bumi atau geothermal sebesar 1 gigawatt (GW), dan mengeksplorasi potensi geothermal di berbagai daerah.
Untuk mencapai target 1 GW geothermal, kata Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE Edwil Suzandi, pihaknya menargetkan penyelesaian proyek Lumut Balai unit 2 yang berkapasitas 55 megawatt (MW). Rencananya proyek tersebut akan selesai pada Kuartal I/2025.
“Kita juga akan memulai project pembangunan power plant oleh PLN di Hululais. Jadi ini bagian dari 2025 yang kita lakukan,” kata Edwil dalam public expose daring pada Rabu (6/11).
Kata Edwil, pihaknya telah memulai eksplorasi potensi geothermal di wilayah Sumatra sebagai langkah memaksimalkan potensi energi panas bumi yang ada di wilayah Nusantara. “Tim hari ini sedang menyelesaikan proposal untuk pengajuan FID (final invest decision) di lapangan ekspansi di Sumatra bagian selatan juga, untuk kita memulai lagi eksplorasi untuk pengembangan yang baru,” kata Edwil.
Selain itu, kata Edwil, PGE sedang mengkaji pengembangan usaha geothermal di Turki dan Afrika. Dalam kajiannya, PGE mengutamakan sumber daya yang ada dan commerciality.
“Jadi apabila 2 hal tersebut tercapai tentunya kami PGE akan go untuk pengembangan usaha di kedua negara tersebut,” ujar Edwil.
Sementara itu, Direktur Utama PGE Julfi Hadi menambahkan, energi panas bumi di Indonesia mampu menghasilkan listrik sebesar 24 GW. Namun, yang terpasang saat ini hanya sebesar 2,5 GW atau sebesar 10% dari potensinya.
Karena itu, kata Julfi, PGE akan terus berupaya mengejar potensi geothermal yang ada di Indonesia. Dengan berbagai langkah dan strategi yang diterapkan, PGE optimistis target-target yang ingin dicapai dapat terwujud.
“PGE telah mempunyai 3 GW bisa mengurangi cost dari pengembangan, bisa mempercepat COD (commercial on delivery) dari pengembangan, bisa mengurangi risiko dari pengeboran, dan bisa memulai industri hilir. Dan ini akan membuat minat investasi akan masuk ke Indonesia dan mendukung program pemerintah,” kata Julfi.