Dimulai dari Garasi Mobil, Esta Indonesia Tbk Meraup Dana Rp164,5 Miliar dari IPO

0
53

PT Esta Indonesia Tbk (NEST) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 8 Agustus. Berdiri pada 1993, perusahaan ini bergerak dalam bidang pembibitan dan budidaya burung walet serta perdagangan besar sarang burung walet.

Masa penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) pada 1-6 Agustus berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp164,5 miliar dari para investor.

PT Esta Indonesia Tbk melepaskan  822,5 juta saham ke investor publik pada harga perdana Rp200 per saham.

Pada hari pertama debutnya di lantai Bursa, saham Esta dibuka pada harga Rp260 per saham atau naik 30% dari harga perdana.

Hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham hari ini, saham Esta begerak pada rentang harga Rp244 hingga Rp270 per saham.

“Sungguh saya tidak pernah mengira bahwa pagi ini saya bisa berdiri di sini, di tempat ini, meng-IPO-kan perusahaan saya. Hanya berkat Tuhan saja yang membawa perusahaan ini dari usaha rumahan kecil-kecilan sampai bisa melantai di Bursa Efek Indonesia,” ujar Hoo Anton Siswanto, Direktur Utama PT Esta Indonesia Tbk pada seremoni pencatatan perdana saham di Main Hall BEI, Kamis.

Baca Juga :   Jadi Perusahaan Tercatat ke-17 Tahun Ini, Harga Saham Ecocare Indo Pasifik Tbk (HYGN) Menghijau di Hari Pertama

Hoo memulai usahanya 30 tahun lalu dari garasi rumah orang tuanya.

“Lebih dari separuh hidup saya didedikasikan untuk bisnis sarang burung walet ini. Saya merintis bisnis ini sejak 1993, bersama istri saya dan dimulai dari garasi mobil orang tua saya,” ujarnya.

Perusahaan ini pun terus bertumbuh dan berkembang, dari hanya memiliki puluhan karyawan, kini sudah mencapai ribuan karyawan, kata Hoo.

“Dari ekspor pulihan kilo (gram) saja, waktu itu 30 sekitar kilo (gram), sampai tahun lalu, kita [mengekspor] mencapai hampir 30 ton sarang burung. Sungguh prestasi yang tidak pernah saya bayangkan,” ujarnya.

Hoo mengatakan, PT Esta Indonesia Tbk merupakan perusahaan pertama yang bergerak dalam industri burung walet di Indonesia yang “hinggap” di Bursa Efek Indonesia. Padahal, industri ini sudah berkembang selama ratusan tahun di negara ini dan setiap tahun mengekspor 1.400 ton sarang burung walet.

“IPO ini membuktikan bahwa perusahaa walet yang selama ini dianggap industri kecil, UMKM, ternyata masih bisa naik kelas (upskill) dan bisa mempunyai GCG (Good Corporate Governance). Kami senang dan bangga menjadi pembuka pintu bagi perusahaan walet lainnya yang nantiya pasti akan masuk ke Bursa Efek,” ujarnya.

Baca Juga :   Resmi Tercatat di BEI, Saham Griptha Putra Persada Tbk (GRPH) Ambruk di Hari Pertama

Dana hasil IPO ini akan digunakan untuk pembelian enam bidang tanah dan bangunan yang dimanfaatkan oleh Perseroan sebagai rumah sarang burung walet. Aset yang berlokasi di Poso, Sulawesi Tengah itu dimiliki pihak afiliasi yaitu, Hoo Anton Siswanto selaku Direktur Utama dan Pemegang Saham Pengendali Perseroan.

Selain pembeian tanah dan bangunan, dana hasil IPO juga digunakan untuk penyetoran modal ke anak usaha yaitu PT Tunas Esta Indonesia (PT TEI). Dana tersebut juga akan digunakan PT TEI untuk membeli enam bidang tanah dan bangunan untuk kantor operasional PT TEI sekaligus pabrik dengan estimasi kapasitas produksi sebesar 35 ton per tahun.

Dana hasil IPO juga digunakan untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji, pembelian alat dan bahan pendukung kegiatan operasional, serta membiayai kegiatan operasional. 

“Tentunya langkah-langkah ke depan kami sudah pikirkan dan siapkan agar perusahaan ini bisa terus sustain dalam industri yang penuh tantangan ini,” ujar Hoo.

Leave a reply

Iconomics