Hampir Separuh Dana Hasil IPO Bukalapak.com Tbk Belum Digunakan, Diendapkan di Obligasi dan Deposito

Ilustrasi transaksi di Bukalapak/Dok. Bukalapak
Hingga tahun kelima pasca melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering [IPO], manajemen PT Bukalapak.com Tbk [BUKA] belum merealisasikan sepenuhnya dana masyarakat yang mereka kumpulkan saat aksi korporasi itu.
Berdasarkan laporan terbaru perusahaan di Bursa Efek Indonesia [BEI], hingga 31 Desember 2024, realisasi dana hasil IPO baru mencapai Rp11,99 triliun.
Saat IPO pada 2021, BUKA berhasil meraup dana Rp21,9 triliun. Setelah dikurangi biaya emisi sebesar Rp574,84 miliar, dana yang dikantongi BUKA dari aksi korporasi itu sebesar Rp21,32 triliun.
Dengan demikian, realisasi penggunaan dana IPO per 31 Desember 2024 baru sebesar 56,24%.
Adapun rincian realisasi penggunaan dana IPO tersebut adalah:
- Modal kerja Perseroan, sebesar Rp6,9 triliun, dari rencana Rp8,59 triliun.
- Modal kerja anak usaha, PT Buka Mitra Indonesia, sebesar Rp1,14 triliun, dari rencana Rp2,55 triliun.
- Modal kerja anak usaha, PT Buka Usaha Indonesia,sebesar Rp16,96 miliar, dari rencana Rp21,32 miliar.
- Modal kerja anak usaha, PT Buka Investasi Bersama belum terealisasi sama sekali, dari rencana Rp106,62 miliar.
- Modal kerja anak usaha, PT Buka Pengadaan Indonesia, sebesar Rp35,61 miliar, dari rencana Rp42,65 miliar.
- Modal kerja anak usaha Bukalapak Pte. Ltd., sebesar Rp1,05 miliar, dari rencana Rp10,66 miliar.
- Modal kerja anak usaha PT Five Jack, sebesar Rp1,25 miliar, dari rencana Rp106,62 miliar.
- Untuk pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha Perseroan dan Entitas Anak dan modal kerja Entitas anak selain yang sudah disebutkan, sebesar Rp3,89 triliun, dari rencana Rp9,94 triliun.
Mengendap di Deposito dan Obligasi
Lantas kemana dana Rp9,33 triliun atau 43,75% dari dana hasil IPO itu berada?
Otoritas Jasa Keuangan [OJK] sudah pernah mengingatkan manajemen BUKA untuk merealisasikan dana hasil IPO sesuai rencana.
Pada September 2024, Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon, OJK, mengatakan, dana hasil IPO BUKA yang belum digunakan itu mengendap di deposito dan obligasi pemerintah.
Inarno mengungkapkan, per 30 Juni 2024, sebanyak Rp900 miliar dana hasil IPO BUKA disimpan di Deposioto dan Giro perbankan.
Sebagian besar, yaitu sekitar Rp8,9 triliun ditempatkan pada obligasi pemerintah.
“OJK telah mengirimkan beberapa kali surat kepada Perseroan untuk mengingatkan agar Perseroan segera menggunakan dana hasil IPO tersebut,” ujar Inarno.
Manajemen BUKA, kata Inarno, berjanji seluruh dana akan direalisasikan sebagaimana rencana dalam Prospektus, selambat-lambatnya pada 31 Desember 2025.
Rencana penggunaan dana hasil IPO BUKA ini sudah melenceng dari propsektus.
Berdasarkan Prospektus IPO BUKA, dana hasil IPO seharusnya 66% digunakan untuk modal kerja Perseroan atau BUKA dan sisanya untuk modal kerja entitas anak.
Kemudian, berdasarkan RUPSLB BUKA pada 23 Desember 2021, telah disetujui perubahan rencana penggunaan dana menjadi 33% digunakan untuk modal kerja BUKA; 34% digunakan untuk modal kerja entitas anak; dan 33% digunakan untuk pertumbuhan usaha BUKA dan/atau entitas anak (baik yang saat ini sudah ada atau yang akan ada).
Model Bisnis Berubah
Awal 2025 ini, manajemen BUKA mengumumkan perubahan model bisnis mereka. Perusahaan yang dikenal sebagai marketplace itu, akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak. Bukalapak hanya akan melayani transaksi produk virtual.
Mengutip laman Bukalapak pada 7 Januari 2025, Bukalapak menyampaikan Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, Bukalapak akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak.
Pihak Bukalapak menyampaikan pembeli tetap dapat melakukan transaksi produk fisik, namun pembeli hanya dapat memesan sampai 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB untuk kategori produk aksesoris rumah, elektronik, evoucher, fashion anak, fashion pria, food, games, handphone, hobi & koleksi, industrial, kamera, kesehatan, komputer, logam mulia, luxury, media, mobil, part & aksesoris, motor, olahraga, perawatan & kecantikan, perawatan rumah tangga, perlengkapan bayi, perlengkapan kantor, personal care, rumah tangga, sepeda, tiket & voucher, dan vape.
Adapun produk virtual yang akan terus dilayani dan menjadi fokus produk yang ditransaksikan untuk ke depan meliputi pulsa prabayar, paket data, token listrik, listrik pascabayar, Prakerja, Bukasend, angsuran kredit, BPJS Kesehatan, air PDAM, Telkom, pulsa pasca bayar, tv kabel & internet, pajak PBB, penerimaan negara, voucher streaming, bayar denda tilang, bayar PPh final, bayar PPN, bayar PPh 21, bayar SBN, bayar bea, BPJS Ketenagakerjaan, BMoney, dan voucher digital emas.