Jelang Pengumuman Hasil RDG, Apakah Bank Indonesia Pangkas BI Rate Sebelum The Fed?
Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur [RDG] September 2024 pada Rabu, 18 September petang. Sementara bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) dijadwalkan mengumumkan hasil Federal Open Market Committee [FOMC] September pada 19 September dini hari waktu Indonesia.
Sudah diramalkan sebelumnya, pada FOMC September ini The Fed mulai memangkas Fed Fund Rate [FRR] menyusul inflasi yang terkendali dan data ketenagakerjaan yang membaik.
Di sisi lain, selama ini Bank Indonesia, meski inflasi di dalam negeri stabil dan nilai tukar rupiah menguat, tetapi tetap menahan BI Rate karena menunggu arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.
Lantas apakah hari ini, Bank Indonesia mendahului The Fed memangkas suku bunga acuannya?
Analis Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan, sebenarnya sudah ada ruang bagi Perry Warjiyo, Gubernur BI dan kawan-kawan memangkas suku bunga acuan.
The Fed, kata dia dalam acara ‘Tiger Insights’ edisi Rabu (18/9), diperkirakan melakukan penurunan suku bunga secara agresif sebesar 50 basis poin [bps].
“Makanya kenapa kalau kita lihat arus dana dari global atau dari luar itu begitu deras masuk ke pasar saham Indonesia, sehingga wajar kalau kita lihat IHSG mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir,” ujarnya.
Secara umum, kata dia, kondisi pasar saat ini diselimuti sentimen positif. Karena itu, sambil menunggu pengumuman hasil FOMC dan RDG BI, para pelaku pasar terus melakukan pembelian terutama saham-saham yang mendapatkan berkah dari penurunan suku bunga seperti emiten barang konsumsi, otomotif dan properti.
“Jadi, sejuah ini sentimen masih sangat positif sekali, walaupun balik lagi, kita akan lihat seberapa besar penurunan suku bunga yang akan dilakukan The Fed atau apakah BI akan melakukan kebijakan penurunan suku bunga duluan?” ujarnya.
Bulan lalu, tambahnya, meski inflasi stabil dan rupiah menguat ke level di bawah 16.000, Bank Indonesia masih mempertahankan BI Rate pada level 6,25%.
“Karena itu, di tengah sentimen positif, kita juga akan melihat aura wait and see-nya juga kelihatannya kuat banget pada hari ini,” ujarnya.
Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas Fanny Suherman dalam acara ‘Morning Investview’ edisi Rabu (18/9) mengatakan, sebagian pelaku pasar memang berharap Bank Indonesia langsung memangkas suku bunga BI Rate dalam RDG September ini, karena nilai tukar rupiah terus menguat dan tingkat inflasi stabil.
“Tetapi, kalau berdasarkan konsensus, Bank Indonesia akan tetap hold rate dulu,” ujar Fanny.
Sedang untuk Fed Fund Rate, Fanny mengatakan, probabilitas pemangkasan 50 bps makin menguat.
“Kalau kita lihat dari Fed Watch Tool, sekarang probabiltas Fed cut 50 bps itu sudah naik ke 57%, dibandingkan sebelumnya minggu lalu, probabiltasnya cuma 34%,” ujarnya.
Dalam RDG Agustus lalu, Bank Indonesia membuat dua skenario perkiraan pemangkasan Fed Fund Rate (FRR).
Skenario pertama yang disebut baseline scenario, denga probabilitas di atas 75%, Bank Indonesia memperkirakan Fed Fund Rate turun dua kali pada 2024 yaitu pada September sebesar 25 basis poin dan kemungkinan pada November atau Desember sebesar 25 basis poin.
Masih dalam baseline scenario, Bank Indonesia memperkirakan tahun depan, The Fed memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali, juga masing-masing sebesar 25 basis poin yaitu pada triwulan I dan sebagian pada triwulan II.
Kemudian skenario kedua, yang disebut skenario potensial dengan probabilitas yang lebih kecil yaitu 50% hingga 75%. Seperti pada skenario pertama, dalam skenario kedua ini Bank Indonesia juga memperkirkan 2024 ini The Fed memangkas suku bunganya sebanyak dua kali. Tetapi tahun depan, pemangkasan hanya dua kali, tidak tiga kali seperti pada skenario pertama.