Perdagangan Saham Resmi Ditutup, IHSG Melemah 3,24% Sepanjang 2024

0
57

Perdagangan saham tahun 2024 resmi ditutup pada Senin (30/12). Sepanjang tahun 2024, Indeks Harga Saham Gabungan [IHSG] berakhir melemah, setelah sempat mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pada September 2024.

Mengutip laman Bursa Efek Indonesia [BEI], pada penutupan perdagangan Senin (30/12), IHSG berakhir pada angka 7.036,57. Setahun lalu, saat perdagangan saham ditutup, IHSG berakhir di level 7.272.80.

Dengan demikian, sepanjang tahun 2024 ini, IHSG melemah 3,24%.

Hadir pada acara penutupan perdagangan saham 2024 adalah Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman; serta pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono; Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi; dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon  Inarno Djajadi.

Iman Rachman mengatakan, sepanjang 2024, IHSG mengalami “volatilitas yang signifikan.”

Pada 19 September 2024, IHSG mencapai rekor tertinggi di level 7.905, bertepatan dengan kebijakan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), sebesar 50 basis poin.

Baca Juga :   OJK Terbitkan Peraturan Tentang Penetapan Status Pengawasan dan Penanganan Permasalahan Bank Umum

“Namun, tekanan  mulai terasa menjelang akhir tahun, terutama setelah outlook guidance The Fed yang tidak direspons positif oleh pasar,”ujar Iman.

Iman mengatakan, meski sepanjang tahun 2024, IHSG melemah, likuiditas perdagangan menunjukkan peningkatan “yang menggembirakan” dengan nilai perdagangan rata-rata harian mencapai Rp12,85 triliun per hari, tumbuh 20% dibandingkan tahun lalu.

Pencapaian positif lainnya adalah kenaikan pembelian bersih oleh investor asing (net foreign buy) yang mencapai hampir Rp16 triliun, berbanding terbalik dengan posisi 2023 yang mencatat arus keluar bersih sebesar Rp6,19 triliun.

“Ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor asing terhadap pasar modal kita mulai kembali pulih,” ujarnya.

Inarno Djajadi mengatakan, dalam setahun terakhir, Pasar Modal Indonesia menunjukkan resiliensinya yang luar biasa, di tengah beragam tantangan global dan domestik yang terus bergerak dinamis.

Ia mengatakan, perlambatan pertumbuhan di beberapa negara utama dan ketidakpastian geopolitik yang belum mereda, menjadi tantangan utama bagi perekonomian global saat ini.

“Pada tahun 2025 diperkirakan Pasar Modal akan menghadapi tantangan yang lebih dinamis. Mengantisipasi hal tersebut, OJK akan terus berkomitmen meningkatkan peran dalam menciptakan pasar modal yang lebih stabil, transparan, dan mendalam, guna memperkuat ekosistem keuangan Indonesia,” ujar Inarno.

Leave a reply

Iconomics