Kementerian BUMN Sedang Mendalami Keuangan Waskita Bersama BPKP

0
178
Reporter: Maria Alexandra Fedho

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan ada ketidakberesan dalam laporan keuangan PT Waskita Karya Tbk. Pasalnya, Waskita Karya sempat mencatatkan laba yang besar pada tahun 2017-2018 yaitu kisaran laba berada di angka Rp4,2 sampai Rp4,6 triliun, namun cashflow-nya kerap kali negatif dan terus mengalami penurunan laba.

Puncaknya terjadi penurunan laba pada tahun 2020 hingga minus Rp9,3 triliun karena impairment (penurunan nilai aset). Oleh karena itu, terlihat sekali penurunan yang sangat signifikan dari laba Rp4,2 sampai Rp4,6 triliun menjadi minus Rp9,3 triliun. Namun pada tahun 2021 dan 2022, laba kembali membaik sebesar Rp1,8 dan Rp1,7 triliun.

“Dulu pernah mencapai laba yang besar sekali tapi dengan margin tipis, cashflow-nya juga sebenarnya negatif gitu. Nah ini sebenarnya jadi pertanyaan, kenapa ada perusahaan yang labanya besar sekali sementara cashflow-nya minus gitu,” kata Tiko dalam program Powerlunch CNBC pada Senin (19/06/2023).

Menurutnya, saat ini pihaknya masih memastikan penyebab ketidakberesan tersebut. “Memang kadang-kadang di dalam konteks kebijakan akutansi ada celah-celah atau ada interpretasi berbeda. Jadi saya juga tidak menafikan bahwa mungkin saja ini karena ada perbedaan kebijakan, belum tentu ada fraud, tapi ini akan dikaji dengan detail bersama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),” kata Tiko.

Baca Juga :   "Mantra" Erick Thohir: Eternitas Transformasi BUMN

Selain melakukan investigasi terkait laporan keuangan, Tiko juga menyoroti terkait aksi yang dilakukannya dalam pembenahan sejumlah BUMN Karya yang didalamnya terdapat tiga langkah, yang pertama adalah melakukan proses restrukturisasi keuangan.

Kedua, pihaknya akan melakukan perbaikan tata kelola finansial, maupun tata kelola operasional. Tiko mencontohkan bahwa saat ini sudah ada beberapa kasus yang masuk di Kejaksaan maupun Komisi Pencegahan Korupsi (KPK) terkait invoice fiktif. Menurutnya, harus ada sebuah sistem yang mengotomasikan sistem keuangan dalam perusahaan.

Terakhir, terkait refocusing business pada tiap-tiap BUMN Karya sehingga ada streamlining bisnis dan mencegah dari persaingan usaha yang ketat.

“Persaingan usaha, nah kita ingin karya ini ada streamlining kalau misalkan sekarang tujuh, nanti jadi tiga tapi mereka punya spesialisasi yang tajam sehingga tidak setiap kali ada project semua tujuh perusahaan ini melakukan bidding dan kemudian menjatuhkan harga, nah ini perlu dilakukan bersama-sama,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics