Para Pengusaha Diminta Hati-Hati Respons Kenaikan Harga Nikel Saat Ini
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta para pengusaha merespons dengan hati-hati kenaikan harga nikel yang sempat menyentuh US$ 19 ribu per metrik ton. Pasalnya, kondisi tersebut belum memperlihatkan keadaan yang stabil dari harga nikel.
Staf Khusus Menteri ESDM Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan, kenaikan harga nikel yang terjadi saat ini dipicu konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah. Ketegangan antara Irak dan Israel mendorong peningkatan kebutuhan nikel untuk berbagai macam peralatan militer.
Berdasarkan hal tersebut, kata Agus, pergerakan harga nikel saat ini masih cenderung naik turun atau fluktuasi. Karena itu, kenaikan harga nikel harus disikapi dengan hati-hati, sehingga bila terjadi penurunan harga para pelaku usaha sudah memiliki langkah strategis mengatasi hal tersebut.
“Harga komoditas itu memang naik dan turun. Para pengusaha harus siap dalam keadaan terjelek,” kata Agus dalam keterangannya di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/4).
Sementara itu, Head of Investor Relations PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) Lukito Gozali mengatakan, harga nikel masih sulit diprediksi karena nilai pasar saat ini masih fluktuasi.
Menurut Lukito, besarnya permintaan terhadap nikel dinilai menjadi salah satu faktor pendongkrak harga. Meski demikian, masih ada kemungkinan kenaikan harga tersebut akan mengalami penurunan seiring dengan rendahnya permintaan pasar.
“Cuma kita melihat memang kemungkinan untuk bisa naik pasti ada. Karena kalau dari sisi stainles steel tentu saja permintaan untuk stainles steel belum di peek (season). Kalau sudah di peek itu pasti akan ada high demand,” kata Lukito dalam diskusi daring beberapa waktu yang lalu.
Untuk mengantisipasi pergerakan harga, kata Lukito, pihaknya menerapkan sistem efisiensi pada operasional produksi. Penerapan operasional yang efisien dinilai bisa menjadi salah satu solusi apabila harga nikel turun kembali.
“Beruntungnya kita karena mempunya lokasi yang strategis, kita juga mempunyai partner yang baik, sehingga kita bisa beroperasi dengan efisien. Cash cost kita menjadi salah satu yang cukup rendah dibandingkan dengan tiers yang ada. Jadi kemarin harganya turun sampai Rp 16 ribu, itu kita masih cukup profit. Memang jika dibanding dengan tahun sebelumnya masih rendah,” ujar Lukito.