Sri Mulyani Beberkan Dampak Terpilihnya Kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat
Terpilihnya kembali Donald Trump sebagia Presiden Amerika Serikat pada pemilu 5 November lalu, diperkirakan akan mengubah arah kebijakan negara itu, yang berdampak secara global.
Donald Trump, politikus Partai Republik, yang pernah menjadi Presiden Amerika Serikat pada 2016-2020 berhasil mengalahkan Kamala Harris dari Demokrat.
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, terpilihnya kembali Trump akan menimbulkan banyak perubahan kebijakan, karena Trump dan presiden petahana, Joe Biden, berasal dari partai yang berbeda.
Pasar keuangan, kata Sri Mulyani, sudah mengantisipasi perubahan kebijakan dari rezim baru pemerintahan Amerika Serikat ini, seperti kebijakan penurunan pajak korporasi, ekspansi belanja, dan kenaikan tarif impor terhadap negara-negara yang berdagang dengan Amerika, terutama Tiongkok.
Pasar juga sudah mengantisipasi dampak terpilihnya Trump terhadap masalah keamanan dan perang di berbagai kawasan di dunia.
“Satu hal yang juga sangat berbeda adalah Presiden Donald Trump itu dari isi perubahan iklim sangat berbeda dibandingkan Presiden Biden dari Partai Demokrat,” ujar Sri Mulyani, Jumat, 8 November.
Menurut Sri Mulyani, Biden dan Trump memiliki komitmen yang berbeda untuk penurunan CO2, terutama dari sektor energi.
“Ini tentu akan memberikan dampak baik terhadap harga minyak dunia, maupun terhadap tren ke depan dari isu-isu yang terkait dengan climate change, maupun energi,” ujarnya.
Saat ini, kata Sri Mulayani, perkeonomian Amerika Serikat masih kuat, yang ditandai dengan pertumbuhan sebesar 2,7% pada kuartal III.
Pasara tenaga kerja, yang merupakan indikator penting di negara itu, masih kuat, dengan tingkat pengangguran di level 4,1%.
Inflasi di Amerika Serikat sudah mulai menurun ke level 2,4%.
“Inflasi ini karena adanya sedikit kenaikan harga pangan yang telah menyebabkan Federal Reserve melakukan kebijakan untuk memangkas kembali suku bunga Fed Fund Rate sebesar 25 bps pada 2 hari yang lalu,” kata Sri Mulyani.
Imbal hasil atau yield US Treasury, terutama 10 tahun, mengalami kenaikan ke level 4,4%, karena ekspektasi terhadap belanja pemeritah yang ekspansif ke depan, di bawah Trump.
Perubahan kebijakan di Amerika Serikat dan kondisi perekonomian negara itu, kata Sri Mulyani, berdampak ke berbagai negara, karena Amerika Serikat merupakan negara dengan produk domestik bruto terbesar di dunia. Lebih dari 50% transaksi global juga menggunakan dolar Amerika Serikat.