Indonesia Punya Potensi EBT tapi Lambat Dalam Pengembangannya, Apa Kendalanya?

0
204
Reporter: Rommy Yudhistira

Indonesia disebut memiliki potensi bauran energi baru terbarukan (EBT) yang menjanjikan di masa mendatang. Potensi itu bahkan sudah diprediksi sejak sektar 2 dekade yang lampau.

Potensi itu antara lain pernah diungkap Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno ketika masih aktif dalam dunia perbankan. Ketika itu, Eddy pernah mengikuti seminar di luar negeri dan dalam acara tersebut Indonesia disebut memiliki potensi geothermal terbesar di Asia.

Meski demikian, kata Eddy, potensi tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, karena beberapa faktor yang menghambat Indonesia mengembangkan EBT. Bahkan setelah 2 dekade kemudian, Indonesia masih merupakan negara dengan potensi gheotermal di Asia.

“Artinya progresnya sangat lambat, dan ini bisa disebabkan berbagai hal. Mulai dari peraturan, perizinan, kemudian mengenai tarif, mengenai demand yang ada, itu berbagai hal,” kata Eddy dalam diskusi virtual, Senin (21/2).

Dalam hal peraturan, misalnya, menurut Eddy, para investor berpandangan kurang positif terutama soal perizinan untuk berinvestasi mengembangkan EBT. Indonesia dikenal dengan permasalahan birokrasi yang sangat panjang.

Baca Juga :   Pemerintah Diminta Buat Kebijakan agar Pasokan Minyak Goreng Diutamakan di Dalam Negeri

“Peraturan yang berbelit-belit dan sering berubah-ubah. Bahkan ini saya ambil contoh saja, mungkin tidak terlalu relevan tapi sebagai contoh saja. Di sektor migas, untuk mendapatkan perizinan untuk eksplorasi dibutuhkan 146 izin dari 17 kementerian/lembaga,” ujar Eddy.

Faktor lainnya seperti tarif, kata Eddy, menjadi kendala masuknya investasi dalam bidang EBT. Itu tercermin dari banyaknya investor yang memilih negara lain untuk menanamkan modalnya, padahal Indonesia memiliki potensi yang bagus dalam bauran energi terbarukan.

“EBT selalu dipersepsikan sebagai sumber energi yang memang lebih mahal ketimbang fosil, dan kenyataannya per hari ini memang demikian. Karena EBT investasi di depannya itu besar sekali sehingga memang kalau tidak diberikan jangka waktu yang panjang tarif cenderung mahal,” kata Eddy lagi.

Hal yang terakhir, kata Eddy, terkait infrastruktur yang merupakan bagian penting untuk terlaksananya percepatan EBT di Indonesia. Sulitnya menjangkau akses dan sumber-sumber EBT yang belum tersentuh karena berada di daerah yang terpencil, menjadi hal yang harus dipikirkan secara bersama-sama untuk membuka peluang datangnya investasi.

Baca Juga :   Inklusi dan Literasi Masih Rendah, BSI Diminta Kenalkan Produk Syariah Secara Masif

Karena itu, kata Eddy, untuk sementara ini, Indonesia masih dapat memanfaatkan energi fosil seiring dengan perbaikan-perbaikan untuk menggali potensi EBT di Indonesia. Itu juga yang dilakukan negara lain seperti Australia.

Australia, kata Eddy, memiliki cadangan dan tetap mengeskpor batu bara, juga mengembangkan bauran EBT. “Dalam hal ini kita sadari bahwa progres kita dalam menuju EBT ini harus berjenjang dan kita tetap akan menggunakan energi fosil untuk sementara waktu. Tapi dengan catatan, kita punya rencana, dan rencananya sudah jelas, dan tertata,” katanya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics