Pandemi Beri Peluang untuk Indonesia Gantikan Tiongkok Jadi Hub Investasi

0
506
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Pemerintah menilai kondisi pandemi Covid-19 memberi kesempatan bagi Indonesia menggantikan posisi Tiongkok sebagai tujuan investasi dari hub rantai pasok global baru. Terlebih kebijakan Tiongkok dalam menekan penyebaran Covid-19 menyebabkan guncangan rantai pasok global.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, kebijakan tersebut juga menghambat operasi bisnis di seluruh dunia karena Tiongkok merupakan negara eksportir dan importir utama bagi banyak negara.

“Pandemi ini telah memberikan pelajaran berharga bagi kita semua bahwa rantai pasok barang tidak bisa terpusat di satu negara karena terlalu berisiko,” kata Airlangga di acara diskusi bertajuk “HSBC Economic Forum” secara daring, Rabu (16/9).

Karena itu, kata Airlangga, banyak perusahaan multinasional dari berbagai negara berencana dan mulai merelokasi industri mereka dari Tiongkok ke negara-negara destinasi lainnya, terutama di kawasan Asia Tenggara. Situasi tersebut, menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menggeser Tiongkok sebagai destinasi investasi utama dari hub rantai pasok global yang baru.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kata Airlangga, menunjukkan 143 perusahaan berencana relokasi investasi ke Indonesia. Perusahaan tersebut di antaranya dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, dan Tiongkok. Rencana relokasi dari 143 perusahaan tersebut memiliki potensi penyerapan tenaga kerja hingga lebih dari 300 ribu.

Baca Juga :   PDI Perjuangan: Jadikan Desa Pusat Penelitian untuk Indonesia Kuat

Airlangga mengakui pandemi juga membawa dampak terhadap ekonomi Indonesia serta menghadirkan tantangan baik secara eksternal maupun internal dari situasi penuh ketidakpastian akibat pandemi untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Dari sisi eksternal, kata Airlangga, risiko ketidakpastian yang dihadapi ekonomi global akibat Covid-19 menyebabkan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi -4,9% pada laporan WEF di Juni 2020.

Sementara dari sisi internal, pandemi juga telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi domestik untuk melambat, tercermin dari pertumbuhan negatif ekonomi domestik pada Kuartal II/2020 di -5,32%. Selain itu, investasi dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga terkontraksi -8,6%.

“Terhentinya kegiatan usaha sebagai dampak mengupaya menghentikan penyebaran pandemi dapat mengakibatkan penurunan di berbagai sektor ekonomi. Sektor manufaktur yang jadi kontributor terbesar PDB juga kontraksi -6,19% akibat penurunan permintaan dari dalam dan luar negeri,” kata Airlangga.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan menangkap peluang relokasi investasi perusahaan-perusahaan multinasional dari Tiongkok ke Asia Tenggara, Airlangga menyebutkan, pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan iklim investasi dan daya saing Indonesia, yaitu:

Baca Juga :   DANA: Sosialisasi QRIS adalah Tugas Bersama

1. Menyelesaikan pembahasan RUU Ciptaker dengan DPR;
2. Menyusun daftar prioritas investasi yang mencakup bidang-bidang usaha yang akan diberikan fasilitas perpajakan dan non perpajakan dengan kriteria antara lain: Industri berorientasi ekspor, substitusi impor, padat karya, padat modal, high-tech, dan berbasis digital;
3. Melakukan pengembangan koridor di sepanjang pulau Jawa bagian utara, dalam rangka penguatan pengembangan industri dan konektivitas industri logistik. secara total, koridor Jawa menyumbang 38,7% dari total PDB nasional dan 53,56% terhadap total sektor industri nasional;
4. dan Menyusun inisiatif pembangunan super hub sebagai sentra produksi, perdagangan, teknologi, dan keuangan serta pengembangan industri berbasis klaster melalui di daerah-daerah super hub untuk meningkatkan pemerataan ekonomi antar daerah.

Pemerintah telah menemukan 5 wilayah yang berpotensi menjadi super hub di Indonesia, yakni koridor Bali-Nusa Tenggara; koridor Sulawesi Utara; koridor Batam-Bintan-Karimun-Tanjung Pinang; Kawasan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur; dan kawasan Segitiga Rebana di Jawa Barat.

“Ekonomi Indonesia melalui kebijakan konkret dan tepat akan dapat atasi tantangan yang kita hadapi di 2020. Bersama kita harap agar ke depan ekonomi indonesia semakin kuat dan sukses,” katanya.

Leave a reply

Iconomics