Akibat Wabah Corona, Industri Pariwisata Indonesia Bisa Merugi hingga Rp 21 T

0
74
Reporter: Leo Farhan

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memperkirakan potensi kerugian industri pariwisata di Indonesia sebagai dampak wabah virus corona dari Januari lalu hingga hari ini mencapai Rp 21 triliun. Dan penyetopan kunjungan turis asing terutama dari Tiongkok menjadi penyebab utamanya.

“Turis dari Tiongkok itu 2 juta orang tahun lalu. Belanja mereka sekali datang sekitr Rp 14,5 juta atau US$ 1.100. Dan peak season turis dari Tiongkok itu Januari hingga Februari ketika mereka (merayakan) Tahun Baru Cina. Mulai awal Februari sudah tidak ada pesawat dari Tiongkok ke sini, itu asumsi baru yang hilang separuhnya,” kata Ketua Umum PHRI Hariyadi B. Sukamdani di Jakarta beberapa waktu lalu.

Hariyadi mengatakan, beberapa daerah tujuan wisata yang paling berdampak akibat wabah virus corona seperti Manado, Bali, dan Batam. Kemudian diperparah dengan pembatalan pameran pariwisata terbesar di dunia, Internationale Tourismus-Börse (ITB), Berlin.

“Yang paling tidak bisa kita prediksi bahwa travel market terbesar di dunia yaitu ITB Berlin itu dibatalkan kemarin. Kalau pasarnya tidak ada, tempat transaksi tidak ada, ya mau bagaimana?” kata Hariyadi.

Baca Juga :   Pemerintah Takar Stok 11 Komoditas Pangan

Di samping itu, Hariyadi juga khawatir apabila masyarakat dalam negeri tidak mau bepergian sebagai dampak kepanikan yang berlebihan atas virus corona. Ditambah kepanikan begitu, maka potensi kerugian industry pariwisata akan menjadi lebih besar. Juga akan berdampak kepada usaha mikro, kecil dan menengah yang mengandalkan kunjungan wisatawan terutama dari mancanegara.

“Kalau ini masih berlanjut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pastinya akan lebih besar lagi, dan jangan lupa bahwa US$ 1,5 miliar itu kan langsung di industri perhotelan dan restoran. Terlebih UKM pastinya akan terdampak juga, ini sebenarnya tidak sesederhana apa yang dipikirkan, bahkan bisa sampai menghentikan perekonomian masyarakat,” kata Hariyadi.

Leave a reply

Iconomics