Dibuka Menguat, IHSG berakhir di Zona Merah

0
426
Reporter: Petrus Dabu

Setelah mengalami penguatan berturut-turut selama tiga hari sejak Kamis (2/4) lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini berkakhir di zona merah.

Selama sekitar 30 menit perdagangan di sesi pertama, IHSG masih bertengger di teritori positif.Namun, sekitar pukul 09.30 WIB, ambles ke zona merah.  IHSG sempat mencapai level tertinggi 4.975,54 di awal perdagangan,  namun kemudian perlahan-lahan turun dan sempat menyentuh level paling rendah 4.721,72, sebelum akhirnya berhenti di 4.778,64 di akhir perdagangan hari ini atau turun 0,69% dibandingkan penutupan kemarin.

Volume perdagangan saham pada hari ini mencapai 10,81 miliar, dengan nilai mencapai Rp 9,6 triliun.

Dari 10 sektor di Bursa Efek Indonesia, hanya tiga sektor yang menguat hari ini yaitu Agro (+2,94%); pertambangan (0,48%) dan aneka industri (+0,25%). Sedangkan tujuh sektor lainnya turun, yaitu infrastruktur (-2,04%); konsumer (-1,86%); manufaktur (-1,2%); industri dasar (-0,55%); properti (-0,48%); keuangan (-0,31%) dan perdagangan (-0,01%).

Meski turun, sebanyak 161 emiten masih tercatat sahamnya naik. Emiten-emiten yang naik paling tinggi  adalah BTPS (+24,66%); SQMI (+24%); ERAA (+22,22%); PPRO (+16%); MDKA (+13,76%).

Baca Juga :   Simak Isu-isu yang Mempengaruhi Pasar Saham Pekan Pertama November

Sebanyak 251 emiten harga sahamnya turun, dengan penurunan terbesar dialami oleh   REAL (-6,49%); WTON (-4,86%); HMSP (-4,21%); EXCL (-4,20%); GGRM (-3,46%).

Sedangkan, sebanyak 140 emiten harganya hari diam tak bergerak.

Tren pergerakan IHSG Selasa (7/4)/TradingView

Secara teknikal, meski turun, pergerakan IHSG hari ini masih berada di atas garis MA-9 yang menunjukkan secara umum kondisi pasar masih bullish. Pergerakan IHSG hari ini membentuk cadle stick spinning top bearish akibat tarik menarik yang tinggi antara pembeli dan penjual.

Selain koreksi teknikal setelah naik berturut-turut, dari dalam negeri sentimen yang mempengaruhi pasar saham hari ini adalah Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden No 54/2020 yang mengatur postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020.

Dalam peraturan ini, postur APBN mengalami perubahan dimana pendapatan turun dari semula Rp 2.200 triliun menjadi Rp1.760 triliun.

Sedangkan  anggaran belanja dan  pembiayaan investasi bertambah dari semula sekitar Rp 2.850 triliun menjadi sekitar Rp3.500 triliun.

Pemerintah juga berencana menambah penerbitan Surat Berharga Negara dari Rp 389 triliun menjadi Rp 550 triliun, serta akan meluncurkan surat berharga khusus bernama Pandemic Bond untuk membiayai tambahan pengeluaran pemerintah untuk penanggulangan dampak Covid-19. Dengan bertambahnya belanja ini, defisit APBN 2020 diperkirakan naik dari 1,76% terhadap PDB menjadi 5,07% terhadap PDB.

TagsIHSG

Leave a reply

Iconomics