Ini Cara Unilever Indonesia Atasi Tantangan Tingkat Interaksi Karyawan di Masa Pandemi

0
1318
Reporter: Rommy Yudhistira

PT Unilever Indonesia menyebut ada beberapa tantangan terkait dengan employee engagement karena adanya pembatasan fisik di masa pandemi Covid-19. Keterbatasan pertemuan tatap muka menjadi tantangan terbesar karena menimbulkan risiko untuk beberapa hal.

Head of Corporate Communication Unilever Indonesia Kristy Nelwan mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, perusahaan bisa mengukur tingkat ketegangan karyawan ketika bekerja. Sementara, untuk saat ini pengukuran itu sulit dilakukan karena karyawan harus bekerja secara daring melalui work from home (WFH).

“Sekarang ini tidak bisa, ketemunya virtual. Melihat tension karyawan yang ribuan dengan mencoba mengukur tensi karyawan ini dalam satu ruangan virtual. Beda banget,” kata Kristy dalam webinar bertajuk Employee Engagement di Era Adaptasi Kebiasaan Baru yang digelar The Iconomics, pada Rabu (2/3).

Tantangan berikutnya, kata Kristy, sumber informasi yang simpang siur dapat membuat karyawan kebingungan. Dan pada akhirnya karyawan akan meminta penjelasan dari perusahaan untuk memberikan informasi yang benar.

Selain itu, berbagai kondisi eksternal di era pandemi Covid-19, kata Kristy, juga dapat menjadi tantangan tersendiri yang dinilai akan membawa perubahan terhadap karyawan. Karena itu, kesigapan suatu perusahaan untuk menghadapi masalah karyawan akan menjadi tantangan yang harus diselesaikan.

Baca Juga :   BPUI: Penyaluran KUR Pasca-Pandemi Naik Terus Puncaknya di 2022 Capai Rp 336 T

“Di atas semua tantangan baru pandemi yang kita hadapi masalah-masalah lain yang tidak berhubungan dengan pandemi juga tetap ada. dan itu juga listnya panjang juga,” ujar Kristy.

Untuk mengatasi berbagai tantangan itu, kata Kristy, pihaknya memiliki langkah dan strategi melalui bisnis dan sustainability yang dinilai tidak dapat berjalan secara terpisah. Kedua hal tersebut harus berjalan beriringan agar mendapatkan hasil sesuai dengan target yang diinginkan.

“Jadi kita luncurkan compass strategy yang menjadi kesatuan. Jantung dari way of work Unilever itu adalah purpose. Purpose untuk menjadikan kehidupan yang berkelanjutan menjadi sesuatu yang lumrah. Nah di compass strategy ini kita juga menyajikan visi, prioritas strategi, stakeholder-nya ada, dan gross fundamental,” kata Kristy.

Lebh jauh Kristy mengatakan, strategi merupakan suatu hal yang penting bagi setiap perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan maju bersama para pekerja yang ikut membagun perusahaan tersebut.

“Mengutip dari Adam Grant, jadi strategi kita itu penting, tapi semua itu harus berasal dari genuine care, genuine care company, genuine care the leader kepada employee kita. Karena kalau kita beneran care bukan dibuat-buat, orang-orang bertalenta itu akan tetap bersama kita,” katanya.

Baca Juga :   OJK: Objek Jaminan Fidusia Tetap Bisa Ditarik Tanpa Putusan Pengadilan

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics