Kredit Terkontraksi 9,7% Per September, Maybank Optimistis Tahun 2022 Tumbuh Positif

0
435

Per September 2021, kredit PT Bank Maybank Indonesia, Tbk (Maybank Indonesia) mengalami kontraksi sebesar 9,7% year on year (yoy) menjadi Rp98,79 triliun, sebagai dampak dari pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan diperkirakan sampai akhir tahun ini, pertumbuhan kredit Bank masih negatif. Namun, tahun 2022 Bank melihat kondisi ekonomi kembali bergairah seiring dengan meredanya pandemi Covid-19 sehingga berdampak positif bagi dunia usaha. Apabila dunia usaha menggeliat, pertumbuhan kredit juga akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan operasional dan modal kerja dunia usaha.

Taswin optimistis tahun depan kredit Maybank Indonesia akan tumbuh positif dibandingkan tahun 2021 ini. Secara industri, Taswin mengatakan regulator memperkirakan kredit akan tumbuh sekitar 6%. “Kami berharap bisa mengikuti tingkat pertumbuhan tadi [industri], bahkan kalau bisa melampaui tingkat pertumbuhan yang diproyeksikan oleh otoritas yang 6%,” ujar Taswin pada paparan publik, Selasa (23/11).

Direktur Keuangan Maybank Indonesia, Thilagavathy Nadason mengatakan perlambatan kredit selama sembilan bulan pertama 2021 masih dipengaruhi oleh pembatasan kegiatan masyarakat karena pandemi. “Hal ini menyebabkan pembayaran kredit yang melebihi pencairan kredit baru,”ujar Thilagavathy.

Baca Juga :   RUPST Maybank Indonesia Perkuat Susunan Direksi dan Komisaris serta Setujui Pembagian Dividen

Meski pertumbuhan kredit secara keseluruhan mengalami kontraksi, Thilagavathy mengatakan portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR) CFS-Ritel, yang pada kuartal sebelumnya mengalami fase pembalikan (turnaround), masih bertumbuh positif sebesar 5,9% pada sembilan bulan 2021 menjadi Rp14,82 triliun dari Rp13,99 triliun pada periode yang sama tahun lalu (year on year). Secara kuartalan, KPR juga bertumbuh 2,8% dari Rp14,42 triliun di kuartal sebelumnya.

Segmen yang juga mengalami pertumbuhan positif secara kuartalan adalah perbankan global yang tumbuh 1,6% q-to-q menjadi Rp33,6 triliun. Demikian juga segmen RSME tumbuh 0,3% q-to-q menjadi Rp12,1 triliun.

“Kami berharap tetap dapat menjaga momentum pertumbuhan ini kedepannya,” ujar Thilagavathy.

Selama periode Januari-September 2021, Maybank Indonesia mencatat perolehan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp1,48 triliun, naik sebesar 2,1% dari Rp1,45 triliun pada periode yang sama tahun lalu didukung oleh penurunan biaya provisi, biaya dana (cost of funds) dan overhead.

Sementara laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (profit after tax and minority interest/PATAMI) turun 3,3% menjadi Rp1,06 triliun pada September 2021 dari Rp1,10 triliun pada periode yang sama tahun lalu, disebabkan oleh adanya penyesuaian perhitungan pajak tangguhan atau Deferred Tax.

Baca Juga :   Pertumbuhan Laba Sebelum Pajak Maybank Indonesia Naik Tipis Hingga Kuartal III-2021

Net Interest Income (NII), atau Pendapatan Bunga Bersih turun 4,7% menjadi Rp5,35 triliun pada sembilan bulan pertama 2021, disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih rendah dan tren yield kredit (loan yield) yang menurun, sejalan dengan penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia dan restrukturisasi kredit nasabah yang sedang berlangsung akibat pandemi. Namun demikian, Net Interest Margin (NIM), atau Marjin Bunga Bersih naik 6 basis point menjadi 4,8% pada September 2021, didukung oleh turunnya biaya dana (cost of fund).

Fee-based income turun 14,8% pada September 2021, disebabkan oleh menurunnya pendapatan fee transaksi Global Market. Namun fee terkait Bancassurance bertumbuh 43,2% menjadi Rp152 miliar pada September 2021. Secara kuartalan, pendapatan fee naik 4,8% menjadi Rp522 miliar per September 2021 dari Rp498 miliar di kuartal sebelumnya.

Leave a reply

Iconomics