Mengintip Kiprah Paxel, Pelopor Same Day Delivery Antar Kota di Indonesia

0
2665
Reporter: Petrus Dabu

Indonesia masih dikenal sebagai negara dengan biaya logistik yang mahal. Selain karena secara geografis luas dan berbentuk kepulauan, kondisi infrastruktur juga belum memadai, meski dalam beberapa tahun terkahir pemerintah gencar membangun infrastruktur.

Menurut data Bank Dunia, skor Logistics Performace Index (LPI) Indonesia pada tahun 2018 sebesar 3,15 dan berada pada peringkat ke-46 dari 160 negara. Peringkat Indonesia ini masih berada di  bawah beberapa negara di kawasan ASEAN, seperti Singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia.

Tetapi kondisi ini tak menjadi halangan bagi PT Paxel Teknologi Unggul (Paxel) sebuah perusahaan start up yang baru berdiri tahun 2018, untuk mengembangkan jasa pengiriman barang pada hari yang sama (same day delivery). Tidak hanya untuk pengiriman barang di dalam kota, tetapi Paxel juga sudah mampu mengirimkan barang pada hari yang sama antar kota di Pulau Jawa dan Bali.

Paxel menggunakan sistem estafet dalam mengirimkan barang dari customer. Kurir (happines hero)  mengambil barang dari customer, lalu ditaruh di apa yang mereka sebut smart locker sebagai hub. Lalu, ada feeder yang menghubungkan setiap smart locker.  Kemudian nanti ada kurir lagi yang akan mengantarkan barang ke penerima. Jumlah estafetnya bisa 2-3 kali tergantung jarak ke penerima barang. Dalam proses estafet ini, Paxel mengplikasikan teknologi IoT.

Zaldy Masita, Co-Founder sekaligus Chief Operating Office (COO) Paxel mengatakan model estafet ini cocok untuk kondisi Indonesia dengan infrstruktur yang relatif kurang memadai, banyak bencana dan macet. “Model centralized logistic yang banyak dipakai oleh pemain-pemain lama, dan juga termasuk juga pemain-pemain baru itu enggak terlalu pas dengan Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Jumat (31/1).

Baca Juga :   Jabang Bayi BirdKirim, Program Kelanjutan Bluebird COD

Lantas bagaimana respons masyarakat atas model estafef dan same day delivery yang dikembangkan Paxel ini?

Zaldy mengatakan tahun 2018 dan 2019 lalu merupakan ajang pembuktian bagi Paxel, apakah model estafet ini bisa diterima oleh konsumen.

“Kalau kita lihat data kita di Desember 2018, itu pertumbuhan Paxel user-nya itu naiknya sangat signifikan dari 86.000 user yang download dan sign up, menjadi 600.000 [Desember 2019] dan sebagian besar adalah UKM. Jadi kalau kita lihat dari pertumbuhan ini, ternyata 2019 ini konsumen bisa menerima model Paxel dengan same day delivery dalam kota dan atau antar kota,” ujarnya.

Tak hanya jumlah user yang meningkat, jumlah barang yang dikirim juga meningkat tajam. Tahun 2018 lalu, hanya sekitar 200.000 pengiriman menjadi 1,5 juta di 2019.

“Masih kecil dibanding pemain-pemain lama, tetapi dengan naiknya volume ini kita lebih semangat, karena ternyata konsumen itu menerima model ini. Bahwa same day inter city atau antar kota itu memang dibutuhkan,” jelas Zaldy.

Baca Juga :   National Logistics Ecosystem Terbukti Berdampak pada Efisiensi Waktu dan Hemat Biaya

Hingga akhir 2019, jumlah smart locker Paxel mencapai 263, meningkat dari tahun 2018 yang berjumlah 133 unit.

Manariknya, meski volume pengiriman barang meningkat 7,5 kali lipat, dari 200.000 menjadi 1,5 juta, tetapi jumlah hero (kurir) hanya meningkat 1,5 kali lipat yaitu dari 899 menjadi 1.400. Padahal, jelas Zaldy, dalam bisnis jasa logistik model lama, kenaikan volume diikuti oleh kenaikan jumlah kurir.

“Dengan model Paxel ini ternyata kita bisa melihat jumlah kurir kita itu tidak harus, malah lebih kecil dari pertumbuhan volume. Jadi dengan pertumbuhan volume 7 kali lipat, kita enggak perlu menambah jumlah kurir 7 kali lipat, bahkan kurang dari 2 kali lipat. Dan dengan kenaikan produktifitas dari hero kita mengakibatkan income mereka lebih bagus dan biaya operation kita lebih rendah,” ujarnya.

Selain lebih efisein, menurut Zaldy model yang dikembankan oleh Paxel juga dari sisi pricing lebih murah. Meski tidak memerinci tarif yang berlaku, ia mengatakan Paxel sekarang bisa memberikan jasa pengiriman  cepat tetapi murah.

“Pengiriman kita harganya same day itu sama dengan perusaaan-peruahaan lain yang next day. Bahkan kalau kita banding dengan yang on demand, kalau  di bawah 7 km, itu kebanyakan customer kita memilih yang on demand. Tetapi begitu di atas 7 km kita lebih murah dari ojol [ojek online]. Ini yang menarik, dengan model yang kita bikin ini bisa memberikan service level yang lebih bagus tetapi dengan harga yang kompetitif,” ujarnya.

Baca Juga :   Bagaimana UKM Penjual Makanan dan Minuman Beradaptasi  Selama Pandemi Covid-19?

Karena berhasil mengembangkan model estafet dan same day delivery pada tahun 2018 dan 2019, tahun 2020 ini Paxel makin gencar untuk ekspansi, tidak lagi hanya di Jawa dan Bali, tetapi akan menjangkau Sumatera dan Sulawaesi.  Di Sumatera, Paxel akan hadir di Medan dan Palembang. Sedangkan Sulawesi akan hadir di Makasar. Tiga kota baru di luar pulau Jawa ini dipilih karena memiliki bayak alternatif jadwal pesawat. Selain itu, kota-kota ini memiliki banyak kuliner khas. Karena lebih dari 50% barang yang dikirim oleh Paxel adalah makanan.

Selain ekspansi ke luar Jawa, Paxel juga akan ekspansi ke kota-kota kecil di Pulau Jawa yang belum terjangkau. “Kota-kota tier 2, tier 3 itu kita ekspansi. Kita 10-15 kota di Jawa, kayak Cirebon, Magelang, dan lain-lain,” ujarnya.

Selain ekspansi pasar, Paxel juga akan terus memperbaharui teknologi yang dimilikinya karena ini adalah perusahaan berbasis teknologi. “Rencanya kita akan merilis versi-versi baru untuk user apps-nya, untuk hero apps kita. Karena dengan perkembangan yang sangat cepat mau enggak mau secara teknologi kita harus selalu lebih depan,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics