
Pangsa Pasar Sampoerna Turun 1,3% di Semester I/2021, Ini Alasannya

Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis/Dokumentasi Sampoerna
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (Sampoerna atau HMSP) menyebut dalam 3 tahun terakhir telah terjadi akselerasi downtrading, di mana perokok dewasa beralih ke produk dengan cukai dan harga lebih murah. Hal tersebut menyebabkan kinerja pangsa pasar Sampoerna pada Semester I/2021 mengalami penurunan sebesar 1,3% basis poin menjadi 28,0%.
Namun demikian, kata Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis, Sampoerna A, produk utama perusahaan, serta portofolio sigaret kretek tangan (SKT) mencatatkan kenaikan pangsa pasar sebesar 0,5% basis poin menjadi 12,5% dan 0,3% basis poin menjadi 7,0% pada Semester I/2021. Akselerasi downtrading didorong oleh selisih tarif cukai rokok mesin Golongan 1 dan Golongan 2 yang semakin membesar, hingga mencapai sekitar 40% terhadap tarif cukai terendah pada Golongan 2.
Kondisi ini, kata Mindaugas, menyebabkan penurunan penjualan di pabrikan Golongan 1 yang membayar tarif cukai tertinggi, sehingga secara otomatis mengakibatkan penerimaan negara dari cukai menjadi tidak optimal.
“Pemerintah dapat mengoptimalkan penerimaan cukai dan mengatasi akselerasi tren downtrading pada rokok mesin antara lain dengan cara memperkecil selisih tarif cukai rokok mesin Golongan 1 dan Golongan 2, serta melanjutkan rencana penggabungan batasan produksi untuk sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM) seperti awalnya akan diterapkan pada 2019,” kata Mindaugas dalam paparannya secara virtual beberapa waktu lalu.
Kenaikan cukai yang moderat pada 2022, kata Mindaugas, akan mendukung keberlanjutan industri dan memberikan ruang untuk pulih dari dampak pandemi Covid-19. Pemerintah juga perlu mewaspadai bahwa kenaikan cukai yang berlebihan pada situasi ekonomi saat ini dapat memicu peningkatan permintaan dan kehadiran rokok ilegal.
Sampoerna karena itu, kata Mindaugas, berharap pada tahun depan, pemerintah mengembalikan peta jalan kebijakan cukai tahun jamak (multiyears) sehingga dapat menciptakan lingkungan bisnis yang lebih dapat diprediksi dan membantu menarik lebih banyak investasi.
Di samping itu, kata Mindaugas, untuk menjaga stabilitas operasional dan bisnis perusahaan, Sampoerna selama masa pandemi secara aktif mendukung program vaksinasi bagi karyawan termasuk puluhan ribu pelinting SKT. Hingga awal September 2021, sekitar 65 ribu karyawan langsung dan tidak langsung Sampoerna telah memperoleh setidaknya vaksin pertama.
Sampoerna, kata Mindaugas, meyakini inisiatif tersebut akan mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan kekebalan komunal, kendati berdampak pada tambahan biaya operasional perusahaan. Prioritas terhadap tenaga kerja ini sejalan dengan salah satu dari 5 aspek pertimbangan pemerintah dalam menaikkan target cukai 2022 yakni dari sisi tenaga kerja terutama buruh yang bekerja di dalam IHT.
“Sampoerna akan terus mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Situasi ini bisa direalisasikan melalui sinergi pemangku kepentingan, termasuk karyawan, mitra usaha, dan masyarakat luas,” kata Mindaugas.