Pariwisata Terpukul Karena Covid-19, Surya Semesta Internusa Proyeksikan Pendapatan Tahun Ini Turun 13%
Pandemi Covid-19 memukul tiga pilar utama bisnis PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) khususnya perhotelan. Karena itu diperkirakan tahun ini pendapatan perusahaan anjlok 13%.
Sepanjang tahun 2019 lalu, total pendapatan SSIA adalah Rp 2,6 triliun. “Secara keseluruhan, perusahaan memperkirakan pendapatan pada 2020 akan turun sekitar 13%,” tulis Herman Gunadi, Sekretaris Perusahaan SSIA dalam keterangan tertulis, Senin (18/5).
Ada pun tiga pilar bisnis SSIA adalah properti, konstruksi dan perhotelan. Pilar bisnis perhotelan sangat terpukul karena dampak penerapan physical distancing, pembatasan perjalanan, dan penutupan bandara untuk penerbangan komersial baik di Jakarta dan Bali.
“Perusahaan telah melihat tingkat hunian hotel turun secara dramatis, mengakibatkan penurunan besar‐ besaran sekitar 50% ‐ 60% dari pendapatan perhotelan untuk periode kuartal II‐2020,”tulis Gunadi.
Akibat pandemi Covid-19, perusahaan telah menutup hotel bintang 5 ‐ Gran Melia Jakarta (GMJ), Hotel Melia Bali (MBH) dan Banyan Tree Ungasan Resort (BTUR) sejak akhir Maret dan awal April hingga diperkirakan akhir Mei 2020.
“Manajemen telah melakukan beberapa langkah penghematan biaya untuk mempertahankan arus kas negatif seperti: pengurangan gaji dan upah melalui cuti yang dibayar diikuti oleh cuti yang tidak dibayar untuk sebagian besar karyawan, pengurangan biaya utilitas, negosiasi ulang kontrak outsourcing melalui diskon atau perpanjangan periode kontrak, mengurangi biaya tetap lainnya, yang menghasilkan penghematan biaya sekitar 30% untuk bulan April dan Mei 2020,” tulisnya.
Selanjutnya, manajemen SSIA juga telah bernegosiasi dengan pemberi pinjaman tentang pengurangan suku bunga dan perpanjangan pembayaran pokok menjadi satu tahun untuk tahun ini. “Perusahaan berharap industri perhotelan akan mulai periode pemulihannya pada kuartal III‐2020, dan melakukan pemulihan secara bertahap,” jelasnya.
Unit bisnis konstruksi juga menghadapi sedikit penurunan akibat situasi Covid-19 ini, terutama karena penurunan kegiatan dalam proyek yang sedang berjalan karena pemilik proyek tidak dapat menjual properti mereka dan/atau mereka perlu menjaga likuiditas selama situasi ini.
“Kami memperkirakan sekitar 30% dari proyek kami yang ada, telah melambat, sementara 70% sisanya masih aktif,” ujarnya.
Di sisi lain, pada kuartal pertama 2020, SSIA berhasil memperoleh kontrak baru sebesar Rp 415,3 miliar. Namun manajemen memperkirakan untuk sisa tahun ini, tidak akan ada tambahan kontrak baru yang signifikan di pasar karena bisnis properti akan membutuhkan waktu untuk kembali normal.
“Oleh karena itu, kami telah merevisi target kami untuk kontrak baru sepanjang 2020 akan sama dibandingkan dengan kontrak baru sepanjang 2019 sebesar Rp 2 triliun,” ungkap Gunadi.
Pilar bisnis ketiga SSIA adalah properti. Unit bisnis properti, yang sebagian besar merupakan kontribusi dari penjualan tanah kawasan industri, juga mengalami tantangan dengan keterlambatan dalam keputusan investasi karena kebijakan lockdown di beberapa negara dan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dinyatakan oleh Pemerintah Indonesia sejak Maret 2020 dan diperkirakan hingga akhir Mei 2020.
“Pemerintah akan mulai melonggarkan pembatasan secara bertahap melalui pembukaan parsial kota‐kota besar di Indonesia pada bulan Juni ‐ Juli 2020. Kami berharap untuk mendapatkan komitmen penjualan tanah hingga jangka waktu akhir kuartal III‐2020,” jelasnya.
Kinerja Kuartal I-2020
Pada kuartal I‐2020, SSIA membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 882,0 miliar. Pendapatan meningkat 7,1% dibanding Rp Rp823,7 miliar pada kuartal pertama 2019 lalu. Peningkatan ini terutama disebabkan dari segmen properti dan konstruksi masing‐masing naik 20,0% dan 11,8%. Sementara itu, pendapatan segmen bisnis perhotelan SSIA turun 15,1% karena tingkat hunian menurun pada bulan Februari dan Maret 2020.
Laba kotor pada kuartal pertama 2020 sekitar Rp 179,9 miliar, turun 5,1% dari laba kotor pada kuartal pertama 2019 sebesar Rp 189,5 miliar.
Sementara itu, EBITDA perusahaan pada kuartal pertama 2020 mencapai Rp 64,1 miliar, 11,7% lebih rendah dari EBITDA kuartal pertama 2019 sebesar Rp72,6 miliar.
Kerugian bersih konsolidasi SSIA pada kuartal pertama 2020 sebesar Rp 17,4 miliar, membengkak dibandingkan rugi bersih pada kuartal pertama 2019 lalu yang sebesar Rp10,9 miliar, karena kenaikan beban bunga sekitar 23,7% dari Rp 38 miliar di kuartal pertama 2019 menjadi Rp 47 miliar di kuartal pertama 2020.