Semen SCG dan Kementerian Parekraf Mendorong Desa Mandiri Lewat Program yang Berkelanjutan

Program Masamo, kolaborasi SCG dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Dok. SCG
PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi selaku produsen Semen SCG melakukan pelatihan pengolahan ikan lele berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi untuk program pengembangan masyarakat.
Program yang disebut SCG Gesari diinisiasi oleh PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi berdasarkan kebutuhan masyarakat di 5 desa yang diusulkan melalui musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa). Tujuannya untuk melahirkan desa-desa percontohan yang mandiri (berdikari) secara ekonomi di lima desa di sekitar operasi perusahaan. Kelompok masyarakat di bawah program SCG Gesari mendapatkan berbagai program pelatihan, pembinaan, serta dukungan modal usaha untuk pengembangan komoditas lokal desa.
Kali ini, SCG berkolaborasi dengan Kemenparekraf melalui program unggulannya, Masamo (Masak bersama Master), yang bertujuan untuk mengembangkan produk dalam negeri yang berkualitas dengan menggunakan sumber daya yang ada di desa. Melalui program Masamo, Kelompok Budidaya Lele Lumbung Berkah di Desa Sukamaju yang merupakan UMKM binaan SCG Gesari, mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan produk turunan dari daging ikan lele hasil budidaya langsung dari chef profesional.
Presiden Direktur PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, Peramas Wajananawat menjelaskan sejalan dengan prinsip keberlanjutan SCG, ESG 4 Plus, yang salah satunya merupakan ‘Embrace Collaboration’, SCG meyakini bahwa kemajuan desa akan lebih mudah dan cepat terwujud dengan adanya kolaborasi berbagai pihak. Melalui program kolaborasi ini, Desa Sukamaju dapat menciptakan produk kuliner unggulan yang menjadikannya sebagai desa mandiri.
Sebelumnya, SCG Gesari sendiri telah menginisiasi Desa Sukamaju menjadi Kampung Lele. Pengembangan Kampung Lele telah berjalan sejak tahun 2021 dengan mengembangkan budidaya lele pada sektor pembenihan.
Rencana pengolahan daging ikan lele ini turut didukung oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi melalui pembuatan abon lele yang higienis dan Kemenparekraf yang memfasilitasi berbagai pelatihan pembuatan produk olahan lele seperti kue lele, kastangel lele, sumpia, ekado, samosa, dan pastel abon lele. Kelompok masyarakat yang terdiri dari ibu-ibu Desa Sukamaju dibekali pelatihan memasak selama 3 hari yang dipimpin oleh Chef Kristiyani dan Chef Imelda dari ICCI.
Pelatihan pengolahan ikan lele di mulai pada 9 Juli 2024 di Desa Sukamaju melalui pelatihan pembuatan abon ikan lele yang dilakukan bersama Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi. Pelatihan kembali dilanjutkan pada 18-19 Juli 2024 dengan membuat ekado, sumpia, samosa, dan berbagai kue kering berbahan dasar ikan lele lainnya. Pada sesi akhir, peserta dibekali materi tentang cara pengemasan dan pembuatan label produk yang dapat bersaing di pasaran. Ke depannya, katalog produk olahan ikan lele akan dipasarkan secara luas dengan nama brand “Ku-miss Lele” yang bermakna makanan yang dirindukan.
Direktur Kuliner, Kriya, Desain, dan Fesyen Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Yuke Sri Rahayu, S.Sos, M.A., menjelaskan program ini menjadi salah satu program unggulan Kemenparekraf dalam membangun desa kreatif di Indonesia. Salah satunya di Desa Sukamaju, Kabupaten Sukabumi.
“Kami melihat adanya potensi di Desa Sukamaju yang bisa kami dorong untuk membuat berbagai kue kering berbasis olahan ikan lele yang siap dipasarkan baik di dalam maupun luar negeri sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat desa,” kata Yuke.