
Utang dan Pembiayaan Pesawat Sumber Tekanan Utama Keuangan Garuda

Tangkapan layar Youtube Pengamat BUMN Toto Pranoto/Dok. Iconomics
Tingkat pendapatan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang anjlok sekitar 67% dari Kuartal III/2019 ke Kuartal III/2020 menjadi penyebab utama tekanan terhadap struktur keuangan BUMN tersebut. Pada periode itu pendapatan Garuda turun drastis dari sekitar US$ 3,5 miliar di Kuartal III/2019 menjadi US$ 1,1 miliar pada Kuartal III/2020.
“Ini gambaran sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. Sementara struktur biaya pada 9 bulan pertama 2019 sekitar US$ 3,2 miliar turun menjadi US$ 2,2 miliar pada 9 bulan pertama 2020 atau turun sekitar 31%. Sementara pendapatan turun 2 kali lipat dari biaya,” kata pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (8/6).
Toto mengatakan, dengan kondisi tersebut tentu saja membuat tekanan struktur keuangan terhadap Garuda menjadi luar biasa. Dan sumbangan biaya yang paling besar terhadap struktur keuangan Garuda itu berasal dari utang jangka pendek, utang jangka panjang dan biaya pembiayaan.
Kemudian, kata Toto, instrumen keuangan Garuda yang dipakai itu adalah utang yang paling besar datangnya terkait dengan leasing. Jumlahnya hampir mendekati 75% dari keseluruhan struktur utang Garuda di Kuartal III/2020.
“Jadi kalau saat ini kebijakan internal Garuda atau kantor Kementerian BUMN menegosiasi ulang pembayaran utang dengan para lessor pesawat, saya kira memang itu yang paling utama. Karena bebannya itu kepada struktur keuangan Garuda itu luar biasa sakit,” kata Toto.
Karena itu, kata Toto, Garuda sudah mengambil langkah-langkah dalam 1 tahun atau 2 tahun terakhir untuk mengurangi tekanan keuangan tersebut. Langkah pertama yang sudah dilakukan Garuda itu adalah menegosiasi ulang biaya lease pesawat.
Selanjutnya, kata Toto, Garuda juga meminta apa yang disebut sebagai relaksasi keuangan supaya para kreditur bisa agak longgar sehingga Garuda bisa punya waktu untuk melakukan restrukturisasi. Juga dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) tahun lalu, pemerintah menyatakan akan memberi pinjaman modal kerja senilai Rp 8,5 triliun.
“Tapi realisasinya baru sekitar Rp 1 triliun. Jadi ada masalah juga ini soal pinjaman modal kerja yang disalurkan lewat PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero),” kata Toto.
Lebih jauh, kata Toto, Garuda juga sudah mengupayakan efisiensi produksi dan restrukturisasi rute. Pertanyannya, apakah upaya ini cukup atau tidak?
“Kalau rute-rutenya bisa disesuaikan dan strateginya bisa lebih tepat, maka Garuda bisa lebih efisien dan produktivitasnya bisa meningkat,” kata Toto.
Leave a reply
