Suntech Tunjukkan Komitmen Bangun Pabrik Manufaktur Panel Surya di Indonesia

0
44
Reporter: Rommy Yudhistira

Produsen panel surya Suntech menunjukkan komitmennya dengan membangun pabrik manufaktur panel surya domestik dengan kapasitas produksi mencapai 2 gigawatt (GW) di Indonesia. Rencananya pabrik tersebut akan beroperasi akhir tahun ini.

Komitmen tersebut juga didorong dengan membawa perusahaan asal Tiongkok yang menjadi rantai pasok untuk menanamkan modal di Indonesia. Hal itu diwujudkan dengan penandatanganan kerja sama Suntech Indonesia dan rantai pasoknya, di sela-sela acara diskusi panel Road To ISF 2024: The Future of Energy Value Chains in The Regional Low-Carbon Economy Development, di Thamrin Nine Tower, Selasa (20/8) yang lalu.

Chairman Suntech Wu Fei mengatakan, upaya Suntech Indonesia untuk memperkuat rantai nilai industri panel surya diharapkan dapat membawa Indonesia menjadi pemimpin teknologi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang kompetitif. Hal tersebut dapat didorong dengan pengalaman Suntech sebagai produsen panel surya dengan kapasitas global mencapai 25 GW.

“Indonesia akan menjadi fokus kami sebagai salah satu produsen panel surya terbesar di dunia, dengan kapasitas dan jaringan rantai pasok Suntech, kita akan mendukung program pemerintah Indonesia untuk membangun ketahanan energi dalam peningkatan daya saing industri di Indonesia,” kata Wu Fei saat ditemui, Jumat (23/8).

Baca Juga :   Berpenduduk Muslim Terbesar, Indonesia Harusnya Jadi Pusat Ekonomi Syariah Dunia

Sementara Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rahmat Kaimuddin mengatakan, Indonesia harus mampu memproduksi sel dan panel surya sendiri, khususnya yang memiliki bankability atau kelayakan pembiayaan sesuai dengan tingkat tier 1 lembaga pemeringkat global Bloomberg New Energy Finance (BNEF). Hal itu diperlukan untuk menjamin penggunaan produk yang mampu bertahan hingga 25 tahun.

Kehadiran industri ini, kata Rahmat, harus ditopang dengan penguatan rantai pasok teknologi sel surya, yang semakin ke arah hulu seperti polisilikon, low iron tempered glass, serta komponen lainnya.

” Ke depan, teknologi dan rantai pasok industri solar panel dan baterai energy storage harus berkembang di Indonesia. Listrik dari PLTS yang dihasilkan di Indonesia idealnya harus berasal dari panel surya yang dibuat di Indonesia. Indonesia harus mampu menjadi hub manufaktur di tengah transisi energi nasional dan dunia,” ujar Rahmat.

Menyambut hal itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Net Zero Hub Dharsono Hartono menambahkan, dengan memanfaatkan peta jalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi hub manufaktur energi baru terbarukan (EBT).

Baca Juga :   APPBI: Kelola Mal dengan Cara Pandang Baru agar Bertahan di Masa Pandemi

“Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi hub manufaktur energi terbarukan di kawasan ini, termasuk proyek listrik lintas batas ke Singapura,” ujar Dharsono.

Sedangkan Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Shinta W. Kamdani menjelaskan, keberadaan rantai pasok komponen PLTS yang kuat dan terintegrasi dapat membuka akses industri ke EBT dengan biaya yang lebih terjangkau.

“Dengan adanya industri PLTS domestik, maka bisnis-bisnis ini dan ratusan bisnis lainnya di seluruh Indonesia mendapat akses listrik yang lebih murah, lebih bersih sehingga mampu membantu mereka memenuhi komitmen internasional dan memastikan tercapainya target net zero emission-nya,” kata Shinta.

Leave a reply

Iconomics