Dana Asing Hengkang dari RI Sebanyak US$2,05 Miliar Selama Bulan Juli 2022

0
413

Ketidakpastian di pasar keuangan global telah menyebabkan terjadinya aliran keluar modal asing (capital outflow) dari pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia. Kondisi ini menyebabkan tekanan pada nilai tukar berbagai mata uang terhadap Dollar Amerika Serikat.

Menteri Keuangan, sekaligus anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Sri Mulyani Indrawati mengatakan sebenarnya selama triwulan kedua lalu, modal asing masih masuk ke pasar keuangan Indonesia yaitu terjadi net inflow sebesar US$0,2 miliar.

“Meskipun demikian, memasuki triwulan ketiga yaitu pada Juli hingga 28 Juli, investasi portofolio mencatat net outflow U$2,05 miliar,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Senin (1/8).

Hadir juga dalam konferensi pers ini tiga anggota KSSK lainnya yaitu Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisoner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa.

Sri Mulyani mengatakan hengkangnya modal asing dari pasar keuangan Indonesia terjadi seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Baca Juga :   KSSK: Tekanan Jual Investor Asing di Pasar Modal Sudah Berkurang

Meski ada aliran modal yang keluar, fundamental ekonomi Indonesia dinilai masih cukup kuat. Posis cadangan devisa Indonesia hingga Juni 2022 masih tetap kuat yaitu sebesar US$136,4 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membayar 6,6 bulan impor.

Nilai tukar Rupiah terhadao Dollar Amerika Serikat memang melemah akibat keluarnya modal-modal asing ini. Tetapi, KSSK menilai depresiasi Rupiah relatif lebih kecil dibanding negara lain di kawasan.

“Sampai 28 Juli 2022, nilai tukar Rupiah kita melemah 4,55% year to date (ytd). Meskipun demikian pelemahan 4,55% ytd dari Rupaih lebih baik apabila dibandingkan dengan depresiasi berbagai mata uang di kawasan seperti Malaysia (Ringgit) yang terdepresiasi 6,46%; India terdpresiasi 6,80% dan Thailand yang mengalami depresiasi hingga mencapai 9,24%,” ujar Sri Mulyani.

Leave a reply

Iconomics