KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Masih Terjaga Selama Triwulan Kedua 2022

1
210

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) berada dalam kondisi yang masih terjaga selama triwulan kedua 2022, ditengah tantangan ekonomi global yang makin berat akibat berlanjutnya perang di Ukraina, tekanan inflasi global  yang meningkat, serta pengetatan kebijakan moneter berbagai negara yang lebih agresif.

Demikian kesimpulan dari pertemuan rapat berkala KSSK pada periode ketiga tahun 2022, yang digelar pada Jumat, (29/7) lalu di Kementerian Keuangan.

“Daya tahan atau resiliensi stabilitas sistem keuangan (SSK) pada triwulan kedua tahun 2022 ini, menjadi pijakan bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk tetap optimis namun juga terus mewaspadai berbagai tantangan dan risiko yang sedang dan akan terus terjadi dan kita hadapi,” ujar Menteri Keuangan Sri Multayani Indrawati dalam konferensi pers, Senin (1/8).

Hadir juga dalam konferensi pers ini tiga anggota KSSK lainnya yaitu Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisoner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa.

Baca Juga :   Koordinasi dengan KSSK, Ini 4 Langkah BI Pulihkan Ekonomi Nasional

Sri Mulyani menyampaikan beberapa isu yang menjadi perhatian KSSK dalam pertemuan tersebut, diantaranya pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya serta meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasok yang diperparah oleh berlanjutnya perang di Ukraina dan meluasnya kebijakan proteksionisme terutama di bidang pangan.

Berbagai negara, terutama Amerika Serikat telah merespons kenaikan dan tingginya inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter dan lebih agresif di dalam meningkatkan suku bunganya. Hal ini menyebabkan pemulihan ekonomi di negara Paman Sam itu tertahan. Kebijakan moneter ketat ini juga menyebabkan terjadinya fenomena stagflasi yaitu inflasi tinggi yang dikombinasikan dengan kondisi perekonomian yang melemah.

Ketidakpastian di pasar keuangan global akibat tingginya inflasi di negara maju dan pengetatan kebijakan moneter telah mengakibatkan aliran keluar modal asing, khususnya investasi portofolio. Aliran keluar modal asing ini menekan nilai tukar di berbagai negara berkembang.

Baca Juga :   Kondisi Global Masih Suram, Sri Mulyani, Cs  Pererat Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan 

Dalam kondisi ekonomi global yang menantang itu, Sri Mulyani mengatakan KSSK memperkirakan perbaikan perekonomian domestik pada triwulan dua terus berlanjut. Perbaikan ekonomi Indonesia ini terutama ditopang oleh meningkatnya konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor.

“Berbagai indikator dini pada Juni 2022 juga tercatat tetap baik,” ujarnya.

Sebagai contoh, indeks penjualan riil, tumbuh 15,4% yoy. Kinerja sektor manufaktur juga tetap positif sebagaimana tercermin dari Purchasing Managers Index atau PMI Manufaktur yang masih berada di level ekspansif bahkan mengalami penguatan pada Juli 2022, dari 50,2 pada Juni, ke 51,3.

Gairah ekonomi domestik juga terekam dalam konsumsi listrik terutama untuk industri dan bisnis yang juga tumbuh positif dan kuat. Demikian juga Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat pada level 128,2 dari posisi Maret hanya di 111. “Ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki optimisme terhadap prospek pemulihan ekonomi,” ujar Sri Mulyani.

1 comment

Leave a reply

Iconomics