Harga Saham Bank BUMN Ambruk, Imbas Kebijakan Hapus Buku Kredit Macet UMKM?

0
121

Harga saham bank-bank milik pemerintah pada perdagangan Rabu (6/11) kompak mengalami penurunan signifikan. Padahal kinerja keuangan perusaan menunjukkan hasil yang positif pada kuartal III 2024.

Harga saham bank-bank swasta memang juga mengalami penurunan, tetapi tak sedalam bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Harga saham Bank Mandiri (BMRI) mengalami penurunan paling dalam yaitu 5,42% menjadi Rp6.550 per saham. Disusul, Bank Negara Indonesia (BBNI) yang turun 5,09% menjadi Rp5.125 per saham.

Harga saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga mengalami penurunan sebesar 2,34% menjadi Rp4.600 per saham dan Bank Tabungan Negara (BBTN) turun 2,92% menjadi Rp1.330 per saham.

Bank Syariah Indonesia (BRIS) yang merupakan hasil merger bank syariah milik Bank Mandiri, BRI dan BNI, juga harga sahamnya mengalami penurunan sebesar 2,36% menjadi Rp2.900 per saham.

Penurunan harga saham bank-bank BUMN ini terjadi pasca pemerintah mengeluarkan kebijakan hapus buku dan hapus tagih kredit macet UMKM dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, serta UMKM lainnya.

Presiden Prabowo Subianto pada Selasa 5 November telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Piutang Macet Kepada UMKM.

Baca Juga :   Hingga September, Bank Syariah Mandiri Cetak Kenaikan Laba 22,66%

Namun, praktisi pasar modal dan dosen Magister Ekonomi Universitas Atmajaya Jakarta dan Universitas Trisakti, Hans Kwee mengatakan kebijakan Prabowo itu tak terlalu signifikan mempengaruhi penurunan harga saham bank-bank BUMN.

Menurut Hans, penurunan harga saham bank-bank BUMN itu terutama terjadi imbas pemilu Amerika Serikat yang menunjukkan hasil sementara diungguli Donald Trump.

“Karena kalau Trump menang [suku] bunga enggak turun cepat. Jadi, bank pasti negatif,” ujar Hans saat dihubungi Theiconomics.com, Rabu (5/11).

Selain bank-bank BUMN, harga saham bank-bank swasta yang memiliki kapitalisasi pasar besar juga mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (6/11), namun penurunannya tak sesignifikan bank-bank BUMN.

Harga Bank Central Asia (BBCA) turun 0,48% menjadi Rp10.450 per saham, Bank CIMBA Niaga (BNGA) turun 1,36% menjadi Rp1.815 dan Bank OCBC NISP turun 0,73% menjadi Rp1.365 per saham.

Selanjutnya, harga saham Bank Permata (BNLI) turun 1,35% menjadi Rp1.100 per saham dan Bank SMBC Indonesia (BTPN) turun 1,32% menjadi Rp2.250 per saham.

Hans mengatakan, kemenangan Trump bukanlah kabar baik bagi pasar saham Indonesia dan seluruh dunia, kecuali bagi Amerika Serikat sendiri.

Baca Juga :   Anggota Komisi VI Ini Apresiasi CSR BNI yang Tanam 78 Ribu Bibit Bakau di Banyuwangi

“Pasar saham Amerika cenderung positif, kemudian dolar juga menguat,” ujar Hans.

Hans mengatakan, pria 78 tahun itu pernah mengusulkan tarif 60% untuk produk-produk Tiongkok yang dimpor Amerika Serikat.

Kalau kebijakan tarif 60% itu nanti diterapkan Trump, menurut Hans, Tiongkok pasti tidak tinggal diam. Sehingga, perang dagang yang pernah digaungkan pada pemerintahan Trump sebelumnya dengan Tiongkok akan terulang lagi.

“Perang dagang pasti [menyebabkan] ekonomi global turun. Dalam jangka panjang, penurunan ekonomi global, enggak bagus bagi pasar saham. Pasar pasti terkoreksi, komoditas pasti turun,” ujar Hans.

Selain itu, pemerintahan Trump, kata Hans juga diperkirakan akan belanja lebih agresif, yang kembali mengerek inflasi Amerika Serikat.

“Artinya, Federal Reserve enggak bisa potong bunga lebih cepat. Tentu itu negatif lagi bagi emerging market termasuk Indonesia,” ujar Hans.

Di sisi lain, secara sektoral, Trump dikenal sebagai orang yang mendukung energi fosil. Ia pun menarik diri dari Paris Agreement, perjanjian untuk pegurangan emisi karbon.

“Tentu [kemenangan Trump] bagus bagi energi fosil, termasuk batu bara, itu cenderung positif. Tetapi bagi energi terbarukan akan cenderung negatif,” ujarnya.

Baca Juga :   Tiga Fokus Bank Mandiri Selama Masa Pendemi Covid-19

Kemenangan Trump, tambah Hans juga akan positif bagi harga emas karena volatilitas akan meningkat sehingga emas akan dilirik investor sebagai aset safe haven.

“Bitcoin juga akan positif atas kemenangan Trump,” ujar Hans.

Pada perdagangan saham Rabu (6/11), Indeks Harga Saham Gabungan [IHSG] terkoreksi sebesar 1,44% ke level 7.383,86. 

Sementara,  nila tukar rupiah terhadap dollar AS ditutup melemah 84 point di level Rp15.832 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.748.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics