Transformasi Strategi Bisnis Garuda: Tingkatkan Pendapatan Non-Tiket
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk diminta mentransformasi strategi bisnisnya agar tak lagi mengandalkan pendapatan dari penumpang atau tiket. Garuda diminta fokus meningkatkan penerimaan non-tiket seperti logistik dan kargo udara di masa mendatang.
Dikatakan mantan Komisaris Utama Garuda Sahala Lumban Gaol, dengan fokus peningkatan penerimaan non-tiket akan menciptakan keseimbangan pendapatan. Tak lagi hanya bergantung kepada penerimaan tiket.
“Itu perlu dicari balance (keseimbangan) antara penerimaan dari tiket dan penerimaan dari non-tiket. Hopefully, penerimaan non-tiket harus lebih besar daripada penerimaan tiket,” kata Sahala di Jakarta, Rabu (22/1).
Saat ini, pendapatan Garuda sekitar 80% berasal dari penjualan tiket. Dewan komisaris pada masa Sahala telah menetapkan target agar pendapatan Garuda dari tiket hanya sekitar 55%.
“Revenue tiket ini kurang lebih 80%. Waktu saya ditunjuk sebagai komisaris utama, pesan saya dalam rapat pertama antara direksi dan komisaris, kami buat target mengubah ini secara bertahap, agar penerimaan revenue tiket hanya 55%, selebihnya dari non-tiket,” kata Sahala.
Sahala mengatakan, bila penerimaan non-tiket dapat mengimbangi, bahkan melebihi penerimaan tiket, maka akan sangat membantu meringankan harga tiket penerbangan sehingga mampu dijangkau masyarakat
“Dengan demikian, nantinya harga tiket itu akan lebih affordable (terjangkau) karena didukung penerimaan kargo dan non-kargo. Jadi, sistem logistiknya diangkat, dan tiket penumpang tidak jadi titik utama penerimaan,” katanya.
Sebelumnya, Garuda Indonesia mengadakan RUPS Luar Biasa dan menetapkan Irvan Setiaputera sebagi direktur utama. Irvan menggantikan posisi Ari Askhara yang telah dicopot akibat kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton di dalam salah satu pesawat Airbus milik Garuda Indonesia. RUPS Luar Biasa juga menunjuk Triawan Munaf sebagi komisaris utama menggantikan Sahala.