Kementerian Perdagangan: Hilirisasi akan Mendukung Perdagangan Berkelanjutan, Ekspor Barang Mentah Sudah Tidak Masanya

0
143

Sektor perdagangan juga memiliki kepentingan yang besar dengan semakin meluasnya hilirisasi di Indonesia. Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kementerian Perdagangan, Kasan meyakini Indonesia harus terus mengembangkan hilirisasi untuk mendukung perdagangan berkelanjutan, tidak hanya bagi komoditas primer, namun juga pada berbagai sektor strategis lainnya.

“Reformasi kebijakan perdagangan berperan penting. Sudah bukan masanya lagi bagi Indonesia mengekspor barang mentah, tanpa nilai tambah, dan prinsip berkelanjutan. Indonesia memiliki berbagai potensi dan kekayaan sumber daya alam untuk mengembangkan perdagangan hijau dan berkelanjutan. Perdagangan hijau dan berkelanjutan diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim, juga memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat,” kata Kasan dalam keterangan resminya.

Hilirisasi nikel, salah satunya yang disebut Kasan. Nikel adalah bahan baku penting bagi produk otomotif, elektronik, konstruksi, kebutuhan rumah tangga, produk mesin pertanian, termasuk baterai untuk kendaraan listrik yang ramah lingkungan.

Peringkat Indonesia sebagai eksportir nikel sudah naik drastis, dari urutan ke-8 pada 2021 menjadi urutan pertama pada 2022. Posisi Indonesia bahkan mengalahkan Kanada, Rusia, dan Amerika Serikat yang merupakan tiga eksportir nikel terbesar dunia.

Baca Juga :   Mendag Paparkan Stok Bahan Pokok Saat PPKM Diperpanjang

Dengan demikian, Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk terus mendorong kebijakan perdagangan yang berperan penting dalam memastikan terwujudnya perdagangan berkelanjutan di Indonesia.

Country Director World Bank Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen juga menjelaskan beberapa potensi Indonesia untuk meningkatkan kinerja perdagangan berkelanjutan sebagaimana dijelaskan dalam Laporan World Bank on Trading Towards Sustainability: The Role of Trade Policies in Indonesia’s Green Transformation yang baru saja dirilis.

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk melakukan diversifikasi ke produk hijau dengan kompleksitas yang lebih tinggi. Potensi Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga di Kawasan Asia Timur dan Pasifik. Diversifikasi tersebut akan memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan iklim. Ia mengatakan sektor swasta juga merupakan kunci untuk mewujudkan potensi diversifikasi ini. Untuk itu, kebijakan yang dapat memfasilitasi akses sektor swasta terhadap teknologi berbiaya rendah dan berkualitas lebih tinggi melalui impor akan sangat penting untuk memastikan terjadinya transformasi.

Hasil dari Laporan Bank Dunia juga menunjukkan bahwa hambatan nontarif telah menimbulkan biaya yang signifikan terhadap produk-produk ramah lingkungan. Dengan demikian, diperlukan reformasi kebijakan agar dapat meningkatkan kinerja perdagangan ramah lingkungan di Indonesia.

Baca Juga :   IPOC 2019: Wapres Sampaikan 5 Pesan Jokowi untuk Sawit Indonesia

Menteri Perdagangan periode 2004-2011 sekaligus Profesor Ekonomi Internasional Universitas Indonesia Mari Elka Pangestu juga menyampaikan perdagangan berkelanjutan saat ini dan masa mendatang bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia bukan hanya persoalan produktivitas, namun juga mencakup berbagai aspek yang lebih luas. Perlu ada standar yang berbasis pada kesepakatan antarnegara dan juga keilmuan. Peningkatan kapasitas pelaku usaha dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics