Penjualan Ladangbaja Murni Merosot di Kuartal I-2024, Simak Rencana NSE, Sang Pemegang Saham Pengendali
PT Ladangbaja Murni Tbk mengalami penurunan penjualan bersih sebesar 52% pada kuartal I tahun 2024 secara YoY. Perseroan juga menyampaikan persentase rugi kotor mengalami kenaikan dari 0,15% pada kuartal I-2023 menjadi 0,23% pada kuartal I-2024. Demikian juga dengan persentase rugi bersih Perseroan yang mengalami kenaikan dari 65% menjadi 75%.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Ladangbaja Murni, Jimmy Irawan saat public expose yang dikutip dalam keterangan resminya pada 16 Mei 2024.
Perseroan juga menyampaikan komposisi struktur pemegang saham pengendali dan utama Perseroan saat ini terdiri atas PT Adyatama Global Investama sebanyak 480.000.000 lembar saham atau setara 47,46% dari seluruh saham yang dikeluarkan Perseroan dan PT Alfa Omega Investindo sebanyak 320.000.000 lembar saham atau setara 31,64% dari seluruh saham yang dikeluarkan Perseroan. Setelah penyelesaian pengambilalihan saham, komposisi tersebut akan berubah menjadi PT Nev Stored Energy (NSE) sebanyak 560.000.000 lembar saham atau setara 55,37% dari seluruh saham yang dikeluarkan Perseroan dan PT Longping Investasi Indonesia sebanyak 240.000.000 lembar saham atau setara 23,73% dari seluruh saham yang dikeluarkan Perseroan.
NSE sebagai calon pemegang saham pengendali baru, berencana untuk menjadi pemain kunci dalam sektor transportasi dan penyimpanan energi yang berkelanjutan, di mana NSE mempunyai visi akan pengembangan dan penerapan teknologi baterai litium. Sehubungan dengan hal tersebut, setelah selesainya pengambilalihan saham, NSE berencana untuk menyelaraskan kegiatan usaha Perseroan saat ini dengan rencana ekspansi bisnis NSE. NSE juga berencana untuk melanjutkan atau mempertahankan penjualan barang trading dan manufaktur.
Penyelarasan kegiatan usaha Perseroan dengan rencana ekspansi bisnis NSE direncanakan untuk dilakukan melalui penyesuaian atas kegiatan usaha Perseroan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia; dan kerja sama Perseroan dengan perusahaan manufaktur baterai litium terkemuka di Tiongkok.
Total nilai investasi untuk rencana kerja sama tersebut diestimasikan dapat mencapai sekitar US$3 juta. Kapasitas produksi direncanakan akan mulai dari 1 GWh pada tahap awal. NSE juga berencana untuk juga melibatkan Perseroan dalam kegiatan pengelolaan/manajemen aplikasi baterai litium dan jaringan pertukaran baterai. Diharapkan agar produk yang akan dihasilkan dari kegiatan usaha yang disesuaikan dan kerja sama tersebut akan memenuhi permintaan di Indonesia dan negara sekitar.