Siap-siap Stimulus Fiskal?

0
850

Kami berpendapat bahwa pelonggaran terukur dari Bank Indonesia (BI) dalam beberapa triwulan ke depan dapat mendukung obligasi pemerintah Indonesia. Di tengah defisit neraca berjalan, yang terus lebar saat ini (melampaui 3% dalam dua triwulan berturut-turut), dapat dipahami jika BI enggan melonggarkan kebijakannya jika dibandingkan dengan bank sentral lain. BI hanya memangkas suku bunga 25 basis poin sepanjang tahun ini. Sebaliknya, bank sentral menaikkan suku bunganya 175 basis poin secara kumulatif pada 2018. Pelonggaran lebih lanjut dari kebijakan moneter ketat kemungkinan dilakukan, tetapi kami menduga bahwa untuk saat ini, BI hanya akan merasa nyaman menyamai laju penurunan suku bunga Bank Sentral AS. Risiko pendanaan eksternal masih menjadi isu dalam lingkungan yang bergejolak saat ini.

Sementara itu, indikator likuiditas nampak beragam. Meskipun suku bunga antarbank sudah stabil, suku bunga tersirat (baik dalam maupun luar negeri) nampak sedikit lebih tinggi. Terlebih, likuiditas perbankan nampak ketat meskipun BI mengurangi operasi pasar terbuka. Hal itu membuka peluang bagi penurunan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio, RRR) pada sidang kebijakan esok.

Baca Juga :   Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Meningkat, BI Siaga Jaga Stabilitas Rupiah

Secara umum, aliran dana asing akan mendukung saat imbal hasil rendah (kepemilikan asing di obligasi pemerintah Indonesia meningkat lebih dari Rp1.000 triliun sepanjang tahun ini). Obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun menawarkan premi hampir 600 bps kali lebih besar dari surat utang pemerintah AS (US Treasuries) dengan tenor sama. Kami berpendapat bahwa selisih imbal hasil saat ini tinggi. Hanya ada dua peristiwa (krisis keuangan global 2008/2009 dan kekhawatiran devaluasi Cina pada 2015) di mana selisih melebar jauh. Kami berpendapat bahwa fokus BI pada stabilitas rupiah dan upaya melunakkan volatilitas harga obligasi harus memberikan kenyamanan bagi pemodal, bahkan jika itu berarti bahwa keuntungan cepat (dari pelonggaran agresif) tidak akan segera terjadi.

Penulis: Philip Wee, FX Strategist dan Eugene Leow, Rates Strategist DBS Group Research

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics