BMKG Diminta Edukasi dan Sebarkan Informasi Potensi Bencana Secara Masif

Anggota Komisi V DPR Mulyadi/Dokumentasi DPR
Anggota Komisi V DPR Mulyadi meminta pemerintah untuk memberikan edukasi dan informasi terkait kebencanaan nasional secara jelas dan menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. Pemberian informasi tersebut diharapkan tidak sekadar dalam kanal digital, tapi juga disebarkan secara langsung ke masyarakat.
Dengan demikian, kata Mulyadi, informasi yang diberikan dapat menjangkau masyarakat di pelosok daerah yang jauh dari sarana digital. Tidak hanya saat ini, usulan itu juga telah disampaikan Mulyadi ketika Komisi V rapat dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, Kakorlantas Polri, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Basarnas.
“Bahkan saya sampaikan kepada Ibu (Dwikorita Karnawati) sebagai Kepala BMKG, supaya informasi-informasi itu dicetak. Jadi, jangan sampai hanya informasi di sosial media, karena tidak semua daerah bisa mengakses informasi digital,” kata Mulyadi dalam keterangan resminya, Senin (9/1).
Sebagaimana informasi yang diberikan BMKG, pada periode Januari hingga Februari 2023, sebagian wilayah Indonesia diprediksi sedang menuju puncak musim penghujan. Prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG itu mengacu data keluaran model numerik cuaca.
Karena itu, kata Mulyadi, adanya potensi cuaca ekstrem yang akan terjadi perlu diwaspadai masyarakat. Untuk itu, para pihak-pihak terkait perlu memberikan edukasi secara masif soal bencana kepada masyarakat.
“Masyarakat harus selalu waspada. Yang terpenting stakeholder harus betul-betul bisa menjaga sinergitas dan berkoordinasi dengan baik,” ujar Mulyadi.
Sebelumnya, BMKG memperkirakan curah hujan pada 2023 lebih rendah dibandingkan dengan 3 tahun belakangan ini. Melemahnya fenomena La Nina, maka curah hujan awal tahun depan relatif lebih kering, berbeda dengan tahun sebelumnya yang menyebabkan hujan lebat di sejumlah wilayah Jabodetabek.
“Tapi sekarang diprediksi La Nina ini menjadi netral di sekitar bulan Maret-April 2023. Menurut analisis pakar klimatologi BMKG dengan melemahnya La Nina, berarti curah hujan relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2022,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Dwikorita mengatakan, menurunnya tingkat intensitas curah hujan, maka potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bisa terjadi. “Kesimpulannya curah hujan secara umum relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Ini berdampak mulai Mei-April (2023) itu relatif lebih kering daripada selama 3 tahun terakhir, sehingga potensi karhutla itu mulai meningkat,” ujar Dwikorita.
Masih kata Dwikorita, BMKG juga memprediksi potensi bencana alam yang akan terjadi berdasarkan gejala yang ditimbulkan dalam 3 tahun terakhir. “Potensi bencana gempa bumi dan tsunami masih ada tentunya, karena gejala 3 tahun terakhir ini trennya ada peningkatan aktivitas kegempaan yang dapat juga memicu terjadinya tsunami,” kata Dwikorita.