
Rendah Literasi dan Inklusi Keuangan, Gen Z Diminta Kelola Keuangan Secara Sehat agar Terhindar Risiko

Tangkapan layar Co-Founder Tumbuh Makna Benny Sufami/Iconomics
Generasi Z diminta mengelola keuangan dengan benar karena dinilai bisa membangun kebiasan finansial yang sehat, dan terhindar dari risiko kerugian di masa mendatang. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan pusat Statistik (BPS) menunjukkan, indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan Generasi Z menjadi yang terendah dalam skala nasional.
Co-founder Tumbuh Makna Benny Sufami menuturkan, fakta tersebut sesuai dengan hasil riset Credit Karma pada 2018 yang menemukan 39% Generasi Z memiliki utang untuk mengikuti tren dalam komunitas. Karena itu, memiliki anggaran yang jelas menjadi kunci untuk menuju kebebasan finansial.
Menurut Benny, banyak investor muda yang mengalami kerugian lantaran terjebak tren investasi tanpa mempertimbangkan profil risiko pribadi. “Banyak yang ikut-ikutan membeli saham hanya karena melihat orang lain melakukannya,” kata Benny dalam seminar daring Financial Cerdas Gen-Z: Strategi Kelola Dana dan melek Digital Menuju Masa Depan Sejahtera beberapa waktu yang lalu.
Memahami risiko sebelum berinvestasi, kata Benny, merupakan hal krusial yang harus diputuskan dan diambil. Untuk itu diperlukan kecerdasan dengan ketelitian untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi.
“Mindset yang perlu ditanamkan bukan hanya tentang bagaimana menghasilkan uang, tetapi juga bagaimana mengelolanya dengan tepat dan bijaksana. Pastikan setiap langkah finansial yang diambil mematuhi aturan yang berlaku dan tidak tergoda oleh iming-iming keuntungan insta,” ujar Benny.
Sementara itu, Direktur Utama PT Persero Batam Arham S. Torik menambahkan, salah satu prinsip dasar dalam mengelola keuangan adalah menjaga pengeluaran agar tidak melebihi pemasukan. Karena itu, pentingnya perencanaan anggaran yang baik dan sesuai dengan kebutuhan.
“Banyak dari Gen-Z mungkin belum memiliki perencanaan yang matang, biasa disebut besar pasak daripada tiang. Untuk itu, kawan-kawan harus tahu pendapatan bersih, kemudian ukur pendapatan dan menyesuaikan pengeluaran. Jangan terlalu banyak keinginan. Prioritaskan kebutuhan, bukan keinginan,” kata Arham.
Sedangkan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Serang Raya Endang Tri Santi mengatakan, untuk memahami finansial yang baik diperlukan literasi yang cukup bagi Generasi Z. Kemampuan berpikir kritis dinilai sangat dibutuhkan untuk memilah informasi yang valid, terutama agar terhindar dari keputusan finansial yang berisiko.
Itu sebabnya, kata Santi, pihaknya mengajak generasi muda untuk memanfaatkan teknologi secara produktif dan positif. Di era digital saat ini, seluruh pihak baik harus bisa mengembangkan literasi digital dengan baik, sehingga bisa lebih kreatif dan produktif.
“Fear of missing out (takut ketinggalan zaman) sering mendorong keputusan impulsif yang justru merugikan, seperti membeli barang-barang viral tanpa pertimbangan matang. Kebiasaan ini bisa jadi bumerang karena menumbuhkan dorongan untuk selalu mengikuti arus,” ujar Santi.