Investasi Telkomsel di GoTo Dinilai Kesempatan untuk Terlibat di Industri Digital

1
169
Reporter: Rommy Yudhistira

Anggota Komisi VI DPR Harris Turino menilai investasi PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) ke PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) untuk berperan serta dalam perkembangan industri digital Tanah Air. Investasi itu disebut merupakan suatu kesempatan yang luar biasa bagi perusahaan BUMN seperti Telkomsel.

“Dalam hal ini adalah (dengan) masuk lewat GoTo,” kata Haris di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (22/8).

Menurut Haris, langkah Telkomsel berinvestasi ke GoTo sudah tepat, ketimbang perusahaan milik negara itu dibeli pengusaha asing. “Itu lebih baik dibandingkan nanti GoTo dibeli oleh Mister Smith, Mister Park, dibeli Koh Aliong, dibeli Mister Abdullah, lebih kan dibeli oleh Sunarto, Widodo, Sukantor. Artinya adalah, oleh BUMN kita,” ujar Haris.

Sementara itu, Advisor Pengembangan Bisnis Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero mengatakan, investasi Telkomsel pada perusahaan digital Indonesia merupakan pilihan rasional dan dinilai mampu memberikan dampak secara regional. Apalagi Indonesia memiliki 40% dari pasar perusahaan digital yang sudah masuk ke dalam kategori unicorn di Asean.

Baca Juga :   Kabar Baik untuk UMKM, Telkom Hadirkan Aplikasi Kasir Digital

Secara garis besar, kata Haris, perusahaan digital unicorn yang mampu hanya ada di Singapur dan Indonesia. Karena itu, langkah yang diambil Telkomsel berinvestasi pada GoTo dinilai sangat rasional.

“Investasi Telkomsel pada GoTo adalah rasional dan sinergi keduanya dapat memberi nilai tambah lebih terutama pada ekonomi masyarakat Indonesia,” ujar Poltak.

Selain itu, kata Poltak, tanpa strategi yang baik, transformasi digital hanya akan menjadi beban bagi perusahaan telekomunikasi. Transformasi digital juga mengubah cara bersosialisasi, berbisnis, dan berkeuangan secara mendalam dan permanen.

“Perubahan terjadi di first mile hingga last mile. Efisiensi mulai dari gudang sampai pintu rumah. Pelaku transformasi digital di Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah. Maka perusahaan telekomunikasi perlu bersinergi dan berinvestasi,” kata Poltak.

Kontroversi investasi Telkomsel ke GoTo sempat menjadi perhatian publik karena dinilai mengandung konflik kepentingan dan merugikan perusahaan milik negara tersebut. Anggota Komisi XI DPR Puteri Komarudin, misalnya, mengatakan, investasi Telkomsel senilai Rp 6,7 triliun ke GoTo diduga ada konflik kepentingan karena Komisaris Utama GoTo adalah Garibaldi Thohir yang merupakan kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir.

Baca Juga :   Lo Kheng Hong Ingatkan Investor 2 Hal Ini Ketika Ingin Berinvestasi, Apa Saja?

Sementara itu, Komisi VI DPR merespons dugaan konflik kepentingan dengan membentuk panitia kerja untuk mendalami proses investasi dari Telkomsel ke GoTo. Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Ririek Adriansyah dalam paparannya di Komisi VI mengatakan, kabar yang menyebutkan Telkomsel merugi karena berinvestasi di GoTo tidak benar. Sementara ini, selama berinvestasi di GoTo, Telkomsel memperoleh income revenue senilai Rp 473 miliar pada periode 2021.

Sedangkan pada Kuartal I/2022, kata Ririek, Telkomsel sudah memperoleh income revenue senilai Rp 153 miliar. “Kalau dikalikan 4 saja itu sudah sekitar Rp 600 miliar lebih. Sudah ada pertumbuhan 25% apabila dibandingkan dengan income revenue di tahun 2021,” ujar Ririek.

Selain itu, kata Ririek, harga saham GoTo terpantau hingga kemarin berada di angka Rp 368 per lembar saham. Jumlah tersebut mengalami kenaikan Rp 98 dibandingkan dengan ketika Telkomsel berinvestasi pada GoTo yang hanya sebesar Rp 270 per lembar saham.

Ketika IPO, kata Ririek, harga saham GoTo berada di kisaran Rp 338 di mana angka tersebut lebih rendah dari harga saham pada 2021 sebesar Rp 375. Dengan demikian, dalam interim report kepada OJK tercatat unrealized loss Rp 821 miliar walau pencapaian Telkomsel diklaim masih mendapatkan keuntungan.

Baca Juga :   Di Era Digitalisasi, Ini yang Diharapkan Menaker terhadap Industri Perbankan

“Ada investor yang masuk setelah kita. Sebelum akhir tahun itu harga saham per lembar Rp 375, sehingga tahun 2021 kita mencatat fund release dari Rp 270 menjadi Rp 375 atau setara hampir Rp 2,5 triliun,” tutur Ririek.

 

Leave a reply

Iconomics