BPS: Daya Beli Rendah Timbulkan Deflasi 0,10% di Juli 2020

0
466
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut tingkat inflasi tahun kalender 2020 mencapai 0,98% dan inflasi tahun ke tahun sebesar 1,54%. Angka ini disebut terendah sejak Mei lalu yang tercatat sebesar 1,52%.

“Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota, pada bulan Juli 2020 ini terjadi deflasi 0,10%,” kata Kepala BPS Kecuk Suharyanto saat telekonferensi pers secara virtual, Jakarta (3/8).

Dari 90 kota yang dipantau BPS, sebanyak 61 kota mengalami deflasi dan 29 kota lainnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di kota Manokwari sebesar 1,09%, sementara itu inflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 1,45%.

Hal ini, kata Suharyanto, tidak terlepas dari dampak pandemi Covid-19 yang mulai menyebabkan turunnya inflasi sejak Februari lalu dengan anjloknya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.

“Pariwisata dan berbagai sektor pendukung mulai terdampak dan terpengaruh. Kemudian April hingga Mei diterapkan bekerja dari rumah (WFH), akibatnya WFH ini tentu saja berpengaruh dari sisi demand dan supply. Pengaruh Covid luar biasa sekali,” kata Suharyanto.

Baca Juga :   Inflasi April 2023 Sebesar 4,33%, BPS: Penyumbang Terbesar Bahan Bakar, Beras dan Rokok

Menurut Suharyanto, perkembangan inflasi di saat dan setelah musim Lebaran pada tahun ini mengalami perubahan pergerakan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Semisal, bulan Ramadhan merupakan periode inflasi mencapai titik tertingginya. Tapi, tahun ini inflasi justru mengalami perlambatan pada musim Lebaran pada Mei 2020 menjadi 2,19% secara tahunan, dari kenaikan 2,67% secara tahunan yang terjadi di April 2020.

“Kalau bicara tahun-tahun sebelumnya pada periode normal, Ramadhan dan Lebaran selalu menjadi puncak tingginya inflasi. Karena permintaan meningkat dan uang yang beredar banyak sekali, dan kemudian akan melandai. Tapi itu tidak terjadi pada tahun ini,” kata Suharyanto.

Sebagai informasi, per Juli 2020, dari 11 kelompok pengeluaran ada 3 kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau 0,73%; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,01%; dan transportasi 0,17%. Di mana kelompok yang mengalami deflasi tersebut, memiliki andil terhadap deflasi masing-masing sebesar 0,19%, 0,00%, dan 0,02%.

Kemudian, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga yang cukup tajam sehingga menyumbang deflasi. Pertama adalah penurunan harga bawang merah yang menyumbang deflasi sebesar 0,11%, penurunan harga daging ayam ras yang memberikan andil terhadap deflasi 0,04%, dan penurunan harga bawang putih memberikan andil terhadap deflasi 0,03%.

Baca Juga :   BPS: Kunjungan Wisman Naik Secara Bulanan tapi Anjlok Secara Tahunan

Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,09%; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,10%; kesehatan sebesar 0,29%.

kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02%; rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,15%; kelompok pendidikan sebesar 0,16%; penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,15%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,93%.

Sedangkan berdasarkan komponen inti pada Juli 2020 mengalami inflasi sebesar 0,16%. Komponen yang harganya diatur pemerintah dan komponen yang harganya bergejolak mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,07% dan 1,19%.

 

 

Leave a reply

Iconomics