A+B+C = Digital Banking

1
494
Reporter: Tim Redaksi

Jadi apakah investasi dari suatu digital/virtual banking akan dititikberatkan pada teknologinya?

Kami di OJK telah mengkaji tentang perkembangan digital banking dan pengaturannya di luar negeri. Revolusi industri 4.0 ini sudah berlangsung dan prosesnya akan berjalan dengan cepat. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan persiapan untuk melakukan transformasi. Investasi teknologi memang penting, tetapi yang lebih penting adalah penyiapan strategi yang tepat dan talent baik untuk saat ini dan juga ke depan serta budayanya.

 

Untuk virtual bank, apakah merupakan entitas baru yang bukan berawal dari perbankan tradisional yang mengubah dirinya menjadi virtual bank?

 Virtual bank itu memang benar-benar baru. Kemungkinan ke depannya, bisa dua jenis. Ini masih skenario, belum menjadi suatu kebijakan. Kedua jenis ini diadopsi di beberapa negara. Yang pertama, lebih progresif yakni virtual bank yang tanpa gedung fisik. Misalnya WeBank dari Tencent. Yang kedua adalah virtual bank yang diwajibkan memiliki kantor pusat tetapi tanpa kantor cabang. Namun, aspek regulasinya harus tetap perlu dipenuhi. Ke depannya yang ini akan lebih banyak diadopsi di beberapa negara.

Baca Juga :   OJK Dorong Penerapan dan Penguatan Tata Kelola Digital untuk IJK

 

Survei PWC 2019 tentang pilihan customer bank, golongan umur 35 tahun keatas, 50% berdasarkan banyaknya kantor cabang dan jejaring ATM. Lalu, umur 35 ke bawah berdasarkan rekomendasi karena kemudahan, kenyamanan dll. Jadi kemungkinan di Indonesia masih lama menuju ke virtual bank?

Dengan digital disruption itu, kita perlu mengantispasi dampaknya ke depan. Berbahaya kalau hanya melihat ke belakang dan saat ini saja. Digital disruption itu eksponensial, artinya bisa saja sekarang geraknya lamban tapi sampai pada titik tertentu bisa melesat sangat cepat. Sekarang semuanya sulit diprediksi secara pasti. Contohnya transaksi peer to peer yang dilakukan sekarang pada 20 tahun yang lalu belum berkembang. WeChat Pay membesar dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Sekarang nilai transaksi WeChat Pay hampir 2 kali lipat lebih besar daripada gabungan transaksi kartu kredit dan US debit cards (Visa, Master Card). Di Tiongkok, penggunaan debit card dan credit card sangat jarang.

Dengan bonus demografi, ke depan konsumen perbankan akan didominasi oleh generasi milenial yang berprilaku berbeda. Tugas kami di OJK Institute adalah memprovokasi agar perbankan nasional bertransformasi antara lain melalui seminar, seperti The Banking for the Future dengan menghadirkan pembicara kompeten dari dalam dan luar negeri. Perbankan nasional harus mengambil momentum itu sebagai peluang untuk membenahi diri. “Don’t wait until it is too late.”

Baca Juga :   OJK Luncurkan Peta Jalan Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen 

 

Bagaimana Anda melihat perbankan di Indonesia, apakah sudah bertransformasi ke digital bank?

Mayoritas bank belum berbasis digital, hanya sebagian kecil yang sudah digitalize prosesnya. Perbankan kita terdiri dari BUKU 1 sampai BUKU 4. Secara umum, BUKU 1 dan 2 masih jauh kemajuannya. Ada beberapa di BUKU 3 dan BUKU 4 yang sudah digitalize,namun yang sudah benar-benar go digital baru sedikit. Kondisi ini menuntut awareness perbankan atas risikonya jika tidak mau berubah, seperti saya sebutkan tadi.

 

Apakah regulasi juga mengikuti?

Ya, regulator dan pemerintah juga harus berubah. Selain bertugas menjaga stabilitas dan pertumbuhan, regulator dan pemerintah juga perlu mendorong inovasi. Perlu dirumuskan suatu rencana strategis yang komprehensif mengenai industri 4.0 untuk Indonesia baik aspek ekonomi dan aspek lainnya secara terintegrasi. Di beberapa negara hal ini sudah dilakukan sejak dini. Contohnya Singapura sudah menyusun kerangka dan rencana strategis tentang “The future of economy”. Di Indonesia, kebijakan semua lembaga terkait termasuk OJK harus terintegrasi dalam suatu strategi nasional sehingga dapat dibangun suatu ekosistem yang mendukung.

Baca Juga :   Apa Kabar Rencana Penyehatan Keuangan Kresna Life?

 

Berita ini dapat diperoleh pada e-Magazine The Iconomics Edisi 1 Tahun 2020.

Halaman Berikutnya
1 2 3

1 comment

Leave a reply

Iconomics