Investasi yang Masuk ke Indonesia Tumbuh 6,7% Secara Kuartal, Tertinggi di Pulau Jawa
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan total investasi yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 428,4 triliun pada Kuartal II/2024. Angka tersebut tumbuh 22,5% secara tahunan (yoy) atau tumbuh 6,7% secara quartal to quartal.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menuturkan, dari angka tersebut komposisi penanaman modal asing (PMA) sebesar 50,7% atau Rp 217,3 triliun. Sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) jumlahnya mencapai Rp 211,1 triliun atau berkontribusi sebesar 49,3%.
Meski menghadapi situasi ketidakpastian global, kata Bahlil, total investasi yang diperoleh Indonesia berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 677.623 orang pada Kuartal II/2024.
“Dan di balik ketidakpastian ekonomi global itu, kita patut bersyukur bahwa publik global masih mempercayai negara kita sebagai salah satu tujuan negara yang investasi. Karena kalau kita lihat di sini PMA masih di angka 50,7% tumbuh 16,6% yoy,” kata Bahlil secara daring di kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Senin (29/7).
Kata Bahlil, untuk PMA sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menyumbang US$ 4,4 miliar atau 30,3%. Sektor jasa lainnya US$ 1,0 miliar atau 7,0%. Sektor pertambangan US$ 0,9 miliar atau 6,2%. Sektor listrik, gas, dan air US$ 0,9 miliar atau 6,0%. Sektor industri kimia dan farmasi US$ 0,8 miliar atau 5,9%.
Dari sisi PMDN, sambung Bahlil, sektor pertambangan Rp 32,1 triliun atau 15,2%. Sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 29,6 triliun atau 14,0%. Sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp 21,4 triliun atau 10,2%. Sektor perdagangan dan reparasi Rp 18,5 triliun atau 8,8%. Sektor kehutanan Rp 16,3 triliun atau 7,7%.
“Kalau kita lihat ini terintegrasi betul, mereka satu siklus ini. Jadi hilirisasi yang paling banyak ini masih di sektor pertambangan,” ujar Bahlil.
Ditinjau dari sebaran wilayah, kata Bahlil, investasi yang datang dari Pulau Jawa sebesar 49,8% atau tumbuh 27,1% secara yoy menjadi Rp 213,2 triliun. Untuk luar Pulau Jawa sebesar 50,2%, tumbuh 18,3% secara yoy atau Rp 215,2 triliun.
“Jawa itu tumbuhnya tinggi sekali sebesar 27,1% dibandingkan dengan luar Jawa yang tumbuhnya 18,3%. Biasanya pada kuartal-kuartal sebelumnya itu di luar Jawa tumbuhnya lebih gede daripada Jawa,” tutur Bahlil.